thought

61 4 0
                                    

"Seseorang di masa lalu pernah memberitahuku bahwa dirimu adalah apa yang kau pikirkan terhadap sesuatu." Taehyung membasahi bibirnya kendati tak terasa kering, hanya seperti sebuah kebiasaan yang harus dikurangi sebab itu bukan hal yang bagus. Sembari tangannya bergerak merogoh kantong dalam tasnya untuk mengambil stik lip balm, pemuda tersebut melanjutkan kalimatnya, "Makanya, berprasangka baik adalah hal yang dianjurkan."

Satu helaan remeh keluar dari lubang hidung bulat milik Yoongi, diiringi sunggingan ketidakpercayaannya yang tinggi. "Tapi, Tae, kau tidak bisa untuk tidak berprasangka buruk maupun berpikiran negatif hanya karena kau tidak menginginkannya."

"Hal yang sulit, tentu saja. Namun bukan berarti itu mustahil dilakukan."

Kali ini yang lebih tua hanya berdecak tak acuh, mengalihkan pandangan dari pindaian mata hazel milik yang lain. Yoongi di saat-saat tertentu tidak menyukai tatapan menyelidik itu, sekarang adalah salah satunya. Kedua netra tersebut seakan sedang mengasihani dirinya selagi mereka membaca pikiran di dalam kepalanya, membuat dia merasa sedikit sulit untuk berbicara dengan benar.

"Saat kau berpikir positif, semesta akan berada di pihakmu."

Oh, apakah benar begitu?

Namun jika mengingat seberapa banyak berita tak menyenangkan yang disiarkan di televisi, atau bahkan jika dirinya kembali mengingat bagaimana dia diperlakukan oleh orang-orang di masa lalu ... Tidak, tidak, tidak.

Ia tertawa masam, kemudian mengubah raut wajah sebaik mungkin manakala kedua obsidian miliknya membalas tatapan yang lebih muda. "Lantas, Kim Taehyung, apa artinya bila aku berpikir bahwa dunia yang kutinggali telah rusak dan hancur lebur?" <>

---

Overtalk.Onde as histórias ganham vida. Descobre agora