"Kata-kata bijak?"
Pemuda itu mengagguk manakala yang lebih tua mengulang kata kunci yang baru saja ia tanyakan, memastikan. Melihat Yoongi tengah mengaduk kaleng bir sebelum diteguk hingga habis, si Kim mengambil paksa seputung rokok yang terselip di antara jemari pucat milik pria tersebut, kemudian menekan ujung baranya ke asbak di atas nakas. "Hm, biasanya orang-orang sejenis hyung memiliki banyak stok kalimat bijak," katanya saat kembali merengkuh sosok yang lain.
Yoongi tidak mampu menahan tawanya. "Sayangnya, 'sejenis' yang kau maksud ini tidak memiliki satupun."
"Benarkah?"
Kini giliran si Min yang mengangguk, pelan. Dan sebelum yang lebih muda sempat bertanya lagi, dia mengambil inisiatif untuk memberikan sebuah alasan, kendati itu juga terdengar seperti sesuatu yang tidak masuk akal bagi dirinya sendiri. "Seiring umurmu bertambah, kau akan paham bahwa mereka tidak lebih dari sebuah omong kosong." Pria tersebut diam sejenak, seolah ia sedang mengulur waktu untuk lanjut berbicara. Lantas saat Taehyung merasakan tekanan di atas kepalanya, menyadari bahwa itu adalah dagu milik Yoongi, ia pun kembali mendapati suara berat karena kantuk dan cairan alkohol menyentuh pendengaran, "Orang-orang barangkali menganggap bahwa kalimat bijak yang mereka katakan merupakan sesuatu seperti pengingat, penasihat, atau semacamnya. Tapi, Tae, bagiku kata-kata bijak tidak akan berguna jika situasinya tidak medukung." <>
---
YOU ARE READING
Overtalk.
Fanfiction𝘛𝘢𝘦𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘸𝘢𝘴 𝘣𝘳𝘰𝘬𝘦𝘯, 𝘣𝘶𝘵 𝘠𝘰𝘰𝘯𝘨𝘪 𝘧𝘰𝘶𝘯𝘥 𝘩𝘪𝘮𝘴𝘦𝘭𝘧 𝘸𝘢𝘴𝘯'𝘵 𝘢𝘯𝘺 𝘣𝘦𝘵𝘵𝘦𝘳. [Pieces of An Endless Yoongi's×Taehyung's Verse] __________________________ ▲Tw! Toxicity contents and stuff. [Setiap part tidak sal...