Overtalk.

hatred

"Tapi, Kim, melukai diri tidak selalu berarti itu adalah kebencian." Suara rendah itu kembali berdengung di dalam kepalanya, sebuah melodi rusak untuknya tetap terjaga sepanjang malam. "Selama seseorang tidak merugikan orang lain, kupikir itu bukan masalah."

Kim Taehyung ingat. Sangat ingat. Bahkan dengan begitu jelas; Bagaimana pemuda tersebut menyungging senyuman kecil ketika ia menampilkan ekspresi bingung. "Bagaimana bisa?"

Lalu, setelah satu atau dua sekon terlewati, Yoongi beralih memandangi langit kelabu di ujung hari itu manakala bibirnya begerak pelan, "Mau percaya atau tidak, namun ada dua cara untuk seseorang mencintai diri sendiri : dengan melakukan hal yang disukai walau sadar itu akan merusak diri, atau menjaga dirinya tetap utuh walau harus meninggalkan apa yang dicintainya."

Si Min tersebut kini menatap ke arahnya, lagi, menampilkan kilau-kilau redup dari obsidian jelaga itu agar Taehyung lihat dengan seksama. Tapi baginya, mereka hanya terasa bak mata pisau yang sukses menggores pusat batinnya berkali-kali—Ah, sial memang. Menggeleng pelan, memijat pelipis dengan kedua tangan, Taehyung berharap kilasan masa lalu hilang dari benak saat ini juga. Sayangnya, suara madu milik yang lebih tua justru kembali hinggap ke dalam rungu, "Kau tidak bisa menyalahkan salah satu dari keduanya."

Tidak bisa.

"Selama seseorang tidak merugikan orang lain, kupikir itu bukan masalah."

Sebuah tawa getir dan hampa lolos dari ceruk bibirnya saat ia mengangkat wajah untuk memandangi figura di mana gambar sosok yang lebih tua berada. Di sana, Yoongi tersenyum. Padahal itu bukan foto terbaru, namun rasa-rasanya seperti dia tengah menatapnya secara langsung. Melipat bibir, berusaha menekan gemetar dalam suaranya, Taehyung nyaris tergugu tatkala dirinya hendak membalas suara-suara dari dalam kepala yang menghantuinya tanpa henti. Ia berujar lirih, getir, "Tidak, hyung. Kau salah. Bagaimanapun juga, jika dia adalah dirimu, itu tetap masalah bagiku."<>

---