Cerita pertama yang sudah dipastikan absurd.
BACA WARNING YA!
***
Haechan udah lama naksir Mark, tapi sayangnya si pangeran sekolah itu tak pernah kenal dirinya. Tiba-tiba punya kabar kalau udah jadian sama orang lain. Baru saja Haechan ingin mengik...
"Dad." Jaehyun tersenyum kecil melihat kedatangan Mark ke kantornya. Pria paruh baya itu menyuruh Mark untuk duduk dihadapannya, kemudian menyuruh sekretarisnya beranjak.
"Gimana try outnya, boy?"
Mark menautkan alis menatap sang ayah, ini bukan tipe ayahnya sekali yang basa-basi untuk sekedar bertanya ujiannya.
"What's wrong, dad?"
Jaehyun terkekeh pelan mendengar pertanyaan Mark, yah sebenarnya itu memang basa-basi karena inti ia memanggil Mark ke sini adalah untuk kesepakatan lain.
"Masih ingat keinginan kamu, bang?"
Tersentak kaget sebentar, Mark hampir saja lupa, tapi itu kan keinginannya dulu, bukan sekarang. "Kuliah di Kanada," gumamnya.
"Daddy udah nyiapin berkas yang kamu perluin di sana. Ujian akhir tinggal 1 bulan lagi, right?" Mark mengangguk ragu, ia ragu akan keinginannya yang dulu itu. Masalahnya dulu Mark sangat suka Kanada sebelum pindah ke Korea ikut kedua orang tuanya. Namun sekarang sudah berubah, ia lebih suka menikmati malam di Seoul, dibanding Toronto. Ya, salah satunya karena Haechan.
"Dad, gimana kalau—"
"Kalau kuliah di sini aja?" potong Jaehyun. Pria anak dua itu tertawa kecil. Mengerti alasan yang akan dipakai oleh putranya itu. Agak sedikit tak menyangka Mark yang beberapa bulan lalu ingin kembali ke Kanada, malah berubah hanya beberapa bulan berikutnya.
"Banyak banget ya perubahan yang dikasih anak Johnny itu," tutur Jaehyun.
"Dad," rengek Mark.
"Okay-okay, tapi apa nggak sayang? I mean, di sana kamu tinggal kuliah bang, sedangkan disini masih ada persaingan, ya walaupun Daddy yakin kamu lulus."
"Yakin nggak yakin sih, dad. Tapi aku nggak mau LDR sama Bubu, sama Daddy dan Jeno juga," jelas Mark.
"Sama Haechan?" goda Jaehyun.
"Iya, Haechan juga," balas Mark sedikit kesal melihat sang ayah yang tersenyum jahil.
"Coba pikirin dulu nggak sih bang, kamu loh yang punya keinginan balik ke Kanada, bukan daddy ataupun Bubu." Mark terdiam, separuh hatinya memang masih ada keinginan untuk kembali ke tanah kelahirannya itu.
Berbagai suara memenuhi otak Mark untuk menentukan pilihannya. Haruskah ia pergi, atau menetap?
***
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
***
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
