41. Deep Talk ala MH

15.4K 1.1K 16
                                    

Vote komen and happy reading 🧡
.
.

"Jangan ngambek sayang." Haechan tetap menghiraukan Mark yang berusaha membujuk, ia masih kesal karena secara tidak langsung Mark menyebarkan kelemahannya.

"Sayang, madep sini." Haechan masih setia di posisinya untuk memunggungi Mark. Sedangkan lelaki Canada itu malah terkekeh geli melihat tingkah Haechan yang lucu.

"Baby bear, ngadep sini." Haechan masih bertahan dengan posisinya.

"Jung Donghyuck."

"HEH! SEMBARANGAN GANTI MARGA AKU." Tampaknya cara itu berhasil, Haechan langsung berbalik menghadap Mark, dengan sigap lelaki itu menahan pinggang Haechan agar tetap menghadap padanya.

"Lepasin."

"Dengerin dulu sayang, aku beneran nggak ngeledek kok." Haechan mengerucutkan bibirnya kesal, kalau tidak meledek kenapa pacarnya itu tertawa seperti ini?

"Iya nggak ngeledek, tapi ngetawain." Mark tak sanggup menahan tawa ketika melihat pipi gembil Haechan semakin bulat saat lelaki itu cemberut.

"Beneran kok, kamu tuh dari dulu harus pede kayak gitu. Banyak orang diluar sana yang punya kemampuan tapi nggak pernah pede. Biarpun tadi bahasa Inggris kamu agak membagongkan, itu lebih baik karena kamu berani ngomong dan nyoba." Haechan terdiam sejenak mendengar penuturan panjang Mark.

"Kak, sebenernya aku tuh pede." Mark menaikan alisnya menatap Haechan, menunggu lelaki manis itu melanjutkan ucapannya. "Sebelum aku berteman sama Nana, Renjun, dan suka Kak Melk."

"Kok gitu?"

"Renjun sama Nana, dua orang emang udah banyak temen. Kakak mungkin nggak percaya dulu aku sulit banget dapet temen." Haechan tersenyum kecil mengingat masa lalunya.

"Kenapa?"

"Mungkin karena aku gendut, kulit tan? Atau justru karena anak Seo? Entah aku juga nggak tahu, tapi cuman Renjun dan Nana yang deketin aku buat berteman. Sejak jadi teman mereka, aku putusin buat nyandang nama Haechan, tanpa marga, karena aku pikir mereka akan nyaman begitu. Tapi ternyata tetap aja ada yang ngomong macam-macam." Mark terdiam mendengarkan cerita Haechan dengan seksama, jemarinya menggenggam jemari Haechan dan tangan yang bebas mengusap pipi gembil Haechan.

"Orang-orang bilang, Nana sama Renjun kok mau temenan sama Haechan. Atau ledekan yang kayak 'Haechan mencuri perhatian karena beda sendiri' dalam artian kulit Nana sama Injun lebih putih." Haechan memejamkan mata, merasa nyaman karena elusan dari Mark di pipinya.

"Tapi ada bagusnya, karena ternyata Injun sama Nana bener tulus, buktinya kita temenan sampai sekarang. Ya walaupun mereka baru tahu kalau aku anaknya Seo." Mark tertawa kecil begitupun Haechan. Mereka mengingat keterkejutan Jaemin dan kehebohan Renjun kala mengetahui Haechan adalah anak Seo Johnny dan Seo Ten.

Haechan membuka mata, kemudian menatap Mark yang berada di sampingnya. "Selain teman sebaya, teman Mae sama Daddy juga bikin aku inscecure. Mereka sering banget berekspetasi tinggi gimana sosok Seo Donghyuck itu. Makanya aku nggak mau jadi Seo Donghyuck." Mark mendekatkan wajahnya pada Haechan. Kemudian mengecup dahi lelaki itu lama. Mata Haechan terpejam merasakan kehangatan yang disalurkan oleh kekasihnya itu.

"Kalau nggak sanggup cerita udah dulu," tutur Mark. Haechan tersenyum kecil, jemarinya semakin mengerat pada genggaman Mark.

"Nggak, aku baik-baik aja asal dipegangin gini." Mark tersenyum kecil kemudian mengeratkan genggamannya, tak lupa kembali mengelus pipi Haechan.

"Semakin dewasa aku selalu ngelaluin hal yang sama, kenapa Echan kayak gini, nggak seperti yang dipikirin. Atau kenapa temen Nana sama Injun beda sendiri. Hal kayak gitu udah jadi kebiasaan hingga aku diem mendam sendiri." Haechan menutup kalimatnya, kemudian lelaki itu beralih menatap Mark lama.

"Hal itu semakin menjadi sampai aku suka sama Kak Melk." Haechan buru-buru membalikan badannya karena malu, secara tidak langsung ia baru saja mengungkapkan perasaan. Mark yang mengerti memilih membiarkan melingkarkan lengannya di perut Haechan, untuk memeluk lelaki itu dari belakang.

"Kenapa bisa kamu semakin inscecure pas suka sama aku?"

"Ya abisnya, kak Melk ganteng, tajir, pinter, idola sekolah..." Haechan berbalik menghadap Mark. "Kayak peluang aku tuh cuma 0.01 persen," sambungnya kemudian.

"Udah selesai kamu ceritanya?" tanya Mark, membuat Haechan mengangguk. Si tampan itu kembali mengusap pipi Haechan, melempar senyum kecil untuk kekasihnya itu.

"Maaf kalau aku telat sadar ada manusia gemes, lucu, imut kayak kamu di sekolah. Perlu kamu tahu Bear, sejak pertama aku denger suara kamu di ruang musik aku udah tertarik, dan ketika aku liat wujud siapa yang nyanyi hal itu lebih buat aku penasaran." Haechan terdiam seraya menikmati rasa nyaman dari Mark pada pipinya.

"Andai kita ketemu lebih cepat, bear, aku yakin bakal jatuh cinta dari dulu sama kamu. Bahkan ya, setelah denger cerita Bubu yang ternyata sahabat orang tua kamu, aku jadi ngebayangin gimana kalau seandainya kita kenal dan punya masa kecil sama-sama. Tapi nggak mungkin kita balik ke sana, karena nyatanya kita ketemu saat SMA dan aku bakal tamat sekolah," tutur Mark diakhiri kekesalan karena memang menyesal bertemu Haechan saat ia diambang semester sekolah.

"Tapi apapun itu aku bersyukur ketemu kamu, jatuh cinta sama kamu, dan sekarang kamu jadi milik aku, bear." Mark tersenyum, kali ini aksinya mengelus pipi Haechan berhenti, karena lelaki itu malah mengecup singkat kedua pipi gembil Haechan, yang sukses membuat Haechan merona.

"Aku nggak sekeren itu bear, aku juga pernah tiba di titik dimana rendah diri dan overthinking."

"Hah? Bisa overthinking juga?" Respon Haechan membuat Mark kembali menciumi kedua pipi gembilnya. Lucu, melihat mata bulat Haechan dan bibir plum itu ketika kaget.

"Bisa bear, karena marga yang aku sandang, dan populer justru aku takut adanya temen palsu atau orang yang deketin cuma karena maksud tertentu. " Haechan mengerutkan kening bingung, jika Mark begitu overthinking terhadap orang lain, kenapa terlihat lugu menilai perasaan orang lain?

Namun tampaknya kebingungan Haechan terjawab kala Mark melanjutkan perkataannya. "Aku berusaha menegaskan pada diri sendiri kalau semua orang itu baik, baik dalam artian aku masih dianggap sebagai teman saat orang-orang butuh, meskipun nggak tulus. Setidaknya aku yakin setiap perbuatan ada balasan, dan cukup Tuhan yang balas bagaimana baiknya, kita nggak perlu terlalu ikut campur." Haechan yang mendengar terkagum.

"Kak," panggil Haechan.

"Hm?"

"I love you."

"Bear, kamu jangan tiba-tiba confess dong?"

"Loh? Kok gitu?"

"Aku nggak siap bear, meleyot nih." Haechan tertawa renyah, kemudian memeluk Mark erat, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Mark. Sedangkan Mark mengecup pucuk kepala pacarnya itu berkali-kali.

"I love you more baby, and you know that,"bisiknya membalas.

***
Gak tahu pengen tiba-tiba nulis ini. Tapi kenapa jadi serius banget nih book😭

Dan ini jadi double update😌

Tbc

Markhyuck-Twitter (✔️)Where stories live. Discover now