17 Terjadi

3.6K 308 25
                                    

Selamat membaca part terpanjang dari kisah ini!!!!!!
Semoga suka!!!!!


Nindia boleh pulang dari rumah sakit setalah beberapa hari dirawat. Dijemput Nando, Naima dan Reza dia dibawa ke rumah orangtuanya. Santi juga sudah di rumah menanti kedatangannya.

"Akhirnya kamu pulang, Sayang." Nindia memeluk Santi yang duduk di atas kursi roda. Atas perintah Agung, istrinya itu diwajibkan menggunakan kursi canggih itu walau sebenarnya Santi tidak lumpuh.

"Mama, gimana? Merasa baikan?"

"Mama baik, kamu gimana?"

"Aku udah sehat, Ma." Nindia melepas pelukan, lalu duduk di sofa. Di ujung sofa lainnya ada Agung yang sibuk membaca koran.

"Untuk saat ini, kamu tinggal bersama kami dulu!" titah Agung tiba-tiba.

Nindia menoleh cepat. "Kenapa begitu, Pa? Aku udah sehat dan tentunya akan kembali ke rumahku."

Nando, Naima, dan juga Reza hanya bisa menjadi pendengar. Ketiganya bisa menyimpulkan jika akan ada perdebatan nantinya yang terjadi.

"Ini keputusan yang papa keluarkan hari ini! Tentunya berlaku juga mulai hari ini!"

"Enggak, Pak! Nindia punya rumah dan akan tetap pulang ke sana!" balas Nindia tak mau kalah.

"Sejak kapan kamu jadi pembangkang?" Agung melipat koran, membanting ke atas meja geram.

Semuanya kaget karena ini pertama kali Agung bersikap demikian.

"Mas," panggil Santi menggeleng.

"Aku punya rumah, Pa!" ungkap Nindia masih melakukan perlawanan.

"Rumah itu bisa dikosongkan atau kalau perlu dijual saja!"

Nindia menatap Agung tak percaya. Di jual? Sama sekali tidak dipikirkan oleh Nindia. Rumah itu hasil kerja kerasnya, kenapa Agung menyuruh menjualnya dengan seenaknya.

"Kasih satu alasan kenapa aku harus tinggal di rumah ini?"

"Ini rumah kamu juga, permintaan papa yang harus dipatuhi!" Agung berdiri, menatap marah pada putri sulungnya yang keras kepala.

"Aku rasa bukan hanya itu alasannya. Dulu saat aku pindah, Papa paling semangat dan memberi dukungan. Papa juga yang bantuin aku mencari rumah agar aku nyaman tinggal di sana. Lalu sekarang, kenapa berubah?"

Agung diam, semua menatap dirinya penuh tanya.

"Apa alasannya, Pa?" Nindia meneteskan air mata, sakit hati dengan sikap Agung yang tiba-tiba seenaknya seperti ini.

"Karena pria brengsek itu sudah kembali!" teriak Agung, sebelum berlalu begitu saja.

Nindia terjatuh di sofa tak bersemangat. Menutup wajahnya yang kembali penuh akan air mata. Ternyata kedatangan Erland yang tiba-tiba sudah diketahui Agung, entah dari siapa? Dia tahu jika Agung sangat membenci suaminya itu, dan Nindia paham. Namun, untuk saat ini kebimbangan dialami wanita itu apalagi setelah tahu jika tidak ada perceraian di antara mereka sebelumnya.

Santi menghela napas, dia sudah tahu jika Erland kembali dari Agung. Dia juga bingung harus bagaimana, karena dalam pikiran wanita itu kebahagiaan putrinya yang utama.

"Sayang," panggil Santi.

"A-aku harus bagaimana, Ma. Aku bingung." Tangis Nindia semakin pecah, Naima langsung memeluk sang kakak untuk menenangkan.

Sementara Nando, segera pergi dari rumah. Mengendarai mobil, dia menuju studio foto miliknya yang memakan waktu dua puluh lima menit. Studio mini itu miliknya, dibangun atas bantuan Nindia juga. Dalam ruangan yang tak seberapa luas itu, Nando merenung. Darimana Agung tahu kedatangan Erland? Apa mungkin papanya bertemu kakak iparnya itu di rumah sakit? Ini yang membuat Nando merasakan kejanggalan.

Muara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang