22. Donor Darah (Hati)

88 6 0
                                    

Jika sedang dimabuk cinta, semua terasa indah. Segala hal tentang dirinya menjadi sesuatu yang candu. Hanya dengan berada di dekatnya saja sudah serupa surga dunia. Itulah yang sedang dialami Senggani saat ini. Gara-gara Mahesa mengajaknya untuk ikut partisipasi dalam kegiatan donor darah yang diselenggarakan oleh Dharmapala di kampusnya, membuat Senggani jadi sok-sokan ingin mendonorkan darah juga, padahal dia takut dengan jarum suntik. Dia juga belum pernah melakukan kegiatan kemanusiaan seperti itu, tapi demi seorang Mahesa gadis itu memberanikan diri.

Saking semangatnya Senggani sampai melupakan janjinya untuk mengantar Linera fitting baju pengantin dan menemani ke spa, padahal Linera sudah mem-booking-nya sejak satu minggu yang lalu dan sudah disetujuinya pula. Namun, lagi-lagi demi bisa bersama Mahesa, Senggani terpaksa berbohong kepada sahabatnya itu. Perasaan bersalah tentulah ada, tapi apalah artinya jika kita bisa terus bersama orang yang kita cintai dan berada di dekatnya sepanjang hari.

Di depan Kampus tempat pertama kali bertemu dengan lelaki gondrong yang sempat Senggani sangka copet, sosok lelaki jangkung berkulit kecokelatan itu sudah terlihat. Dia sedang mengobrol bersama teman-temannya. Mahesa hanya mengenakan t-shirt abu-abu dengan  sablonan yang sudah sedikit luntur serta celana jin warna cokelat gelap dan sepatu gunung yang terlihat usang karena terlalu sering dipakai. Tak lupa juga untuk mengikat rambut gondrong ikal menggemaskannya.

Hanya seperti itu, hanya sesederhana itu. Namun, sanggup membuat jantung Senggani berlipat-lipat daya degupnya. Tidak perlu balutan jas Georgio Armani yang mewah dan tak perlu juga sentuhan jam tangan Rolex yang harganya tak sanggup Senggani bayangkan. Mahesa sudah sangat memesona dengan gayanya sendiri. Tanpa sadar, Senggani membandingkan gaya Mahesa dan Mahendra dalam hal berpenampilan. Kedua saudara itu sangat jauh berbeda.

Lelaki yang sedang menguasai alam pikirannya menyadari kedatangan Senggani. Dia lantas pamit pada teman-temannya untuk menemui Senggani yang berdiri di kejauhan.

"Kirain nggak jadi datang," ucap Mahesa dengan suara lembutnya.

"Saya, kan, udah janji akan datang."

"Udah makan?" memastikan Senggani mengisi perutnya sebelum mendonorkan darah. Cewek itu mengangguk. "Ya udah, masuk, yuk!" Mahesa lalu mengantar Senggani ke meja pendaftaran yang dijaga oleh Galuh dan seorang laki-laki.

Kegiatan donor darah ini sudah rutin diselenggarakan oleh Dharmapala sebagai wujud kepedulian terhadap sesama manusia. Terlaksananya aksi kemanusiaan ini juga berkat kerja sama yang terjalin erat dengan PMI sejak beberapa tahun lalu. Dan selain rakyat Dharma Nusantara yang ikut terlibat sebagai penderma darah, masyarakat umum dari luar kampus pun dipersilakan untuk menyumbangkan darah mereka secara sukarela. Jadi kegiatan ini sangat terbuka untuk umum.

Senggani tidak menyangka ternyata di antara penduduk Jakarta yang katanya hedonis, masih banyak yang menyambut baik kegiatan ini. Masih banyak pula masyarakat Jakarta yang membuka mata mereka tentang pentingnya aksi sosial ini. Masih banyak dari mereka yang menyadari bahwa hanya dengan menyumbangkan sekitar 450 mililiter darah mereka akan bisa menyelamatkan sekitar tiga jiwa manusia lain. Selain itu dengan mendonorkan darah kita, maka tubuh pun otomatis akan lebih sehat. Sebelum Senggani mengiyakan ajakan Mahesa dia sempat berselancar di Google tentang serba-serbi donor darah dan ternyata sangat banyak manfaatnya bagi kesehatan.

Yang Senggani ingat dari sekian banyak manfaat donor darah antara lain adalah menjaga kesehatan jantung kita karena saat mendonorkan darah maka jumlah zat besi dalam darah bisa lebih stabil dan itu akan bisa menurunkan risiko penyakit jantung.

"Luh, ada yang mau daftar lagi, nih." Mahesa sudah berdiri di meja pendaftaran Galuh.

Saat melihat siapa orang yang akan mendaftar untuk menjadi pendonor selanjutnya, wajah Galuh langsung keruh. Apalagi saat Senggani sudah duduk berhadapan dengannya. Galuh langsung berdiri dengan tiba-tiba.

A Love to Him (Revisi)Where stories live. Discover now