02. Prolog

459 19 0
                                    

Samar-samar terdengar suara seorang perempuan yang begitu dikenal. Perempuan itu menangis di samping seorang lelaki sambil menangkup kedua tangan di wajah. Suaranya parau, terdengar begitu sangat putus asa. Perempuan itu tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan setelah semua musibah ini menimpa dirinya.

"Apa? Kamu hamil?" terdengar seperti petir yang menyambar-nyambar telinga begitu lelaki itu tahu bahwa perempuan yang duduk di sampingnya sambil menangis tersedu sedang mengandung.

"Sekarang aku harus gimana, Sa?" rintihnya putus asa dengan air mata yang terus mengalir. Matanya sembab karena terlalu banyak air mata yang keluar. "Apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar bingung."

Perempuan itu kembali menangkup tangan di wajah, seolah tidak sanggup lagi menahan derita yang sedang dia alami. Si perempuan sudah tidak sanggup mengangkat wajahnya.

Ditanya soal hal ini, membuat lelaki itu juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan perempuan cantik dari murka orang tuanya jika mereka mengetahui tentang apa yang sudah menimpa putri tercintanya.

"Kamu harus bicara sama orang tua kamu." Hanya itu solusi yang bisa dia utarakan untuk si perempuan. Hanya itu. Selebihnya ... otaknya masih macet.

"Kamu gila? Aku bisa dibunuh Papa kalau tahu anaknya hamil di luar nikah!" perempuan itu kembali menangis dan semakin kencang suaranya.

"Terus sekarang kamu maunya gimana?" si lelaki pun bingung.

"Aku udah mengambil keputusan, Sa. Yang terbaik untuk aku dan aib ini."

Mata lelaki itu membesar setelah otaknya menebak apa yang dimaksud perempuan itu. "Kamu nggak akan berpikiran untuk abor-"

"Cuma itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan aku sekarang. Sebelum semuanya terlambat!" suara perempuan itu meninggi.

"Nggak! Aku nggak akan izinkan kamu melakukan hal itu. Itu dosa! Sama aja dengan kamu membunuh anak ini. Aku nggak setuju!" sergahnya.

Lelaki itu sangat tidak bisa membenarkan tindakan bodoh yang akan dilakukan si perempuan terhadap janin yang bersemayam dalam rahimnya itu.

"Sa, nggak ada jalan lain. Aku harus tetap melakukannya ...."

Tidak ada juga jalan lain bagi lelaki itu sekarang. Dikumpulkannya segenap keberanian. Ini demi perempuan yang sangat dicintainya.

Bismillahirrahmanirrahim.

"Aku akan bertanggung jawab atas anak ini!" tandasnya mantap sambil menatap lekat kedua bola mata indah itu.


***

A Love to Him (Revisi)Where stories live. Discover now