Extra Part II (Akhir)

29K 3.2K 344
                                    

Happy Reading ❤️

***

"Kenapa Ibu manggil Danies ke sini?"

Jessi menatap 'putranya' tanpa ekspresi. Setelah sekian detik terdiam, dia membuka suara. "Tidak terasa, sudah hampir setengah tahun ayah kamu pergi."

Mendengar topiknya, ekspresi Danies berubah dingin. Tapi, dia tetap diam.

Tiba-tiba, bibir Jessi terangkat menunjukkan cibiran. "Sampai sekarang, aku gak percaya dia bunuh diri cuma karena alasan itu. Aku tahu lebih baik kepribadiannya di bandingnya siapa pun."

Habis sudah kesabaran Danies. "Terus, apa tujuan Ibu manggil Danies ke sini?"

"Ah, iya." Seolah dia baru mengingat, ekspresinya terlihat di sengaja di buat-buat. "Sebelum itu, ibu mau bertanya."

Mata Danies menyipit tajam saat melihat ekspresi sedih Jessi yang terlihat sangat munafik.

"Danies, apa kamu merindukan ayah kamu? Lain kali, ayo kita berkunjung ke pemakamannya."

Gak sudi gue. Batin Danies penuh jijik, tapi dia masih tidak bisa melontarkannya langsung di hadapan penyihir wanita di hadapannya itu.

"Hm? Kenapa kamu diam, Danies? Apa kamu masih trauma karena dia bunuh diri di hadapan kamu?" Jessi mengangkat alis dengan mata menyipit.

Danies menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan emosinya. "Ya, Ibu. Mari kita ke pemakaman ayah lain kali."

Setelah semua kebenaran terungkap, sangat jelas bahwa Jessi sama sekali tidak ada hubungannya. Jessi bukanlah Ibu Danies atau pun Ricolas. Semua yang ada novel tidak sesuai dengan kenyataannya, ibu dan ayah Danies di bunuh Delion, dan ibu Ricolas dan Felisya merupakan Fasya, jadi Jessi hanya orang luar. Namun, posisinya cukup tinggi di keluarga Klavior. Malah, para tetua tidak melebihi tingginya posisi Jessi sekarang. Dengan kata lain, musuh Danies selanjutnya adalah orang di depannya sekarang.

Jessi tersenyum seolah ucapan Danies sangat menyenangkan. "Ibu seneng banget kamu setuju."

Wanita itu tidaklah terbilang tua, tidak pula masih muda, namun mungkin umurnya sudah mencapai hampir 40 tahun. Di lihat dari wajahnya pun, dia terlihat sangat merawat kecantikannya. Dia duduk anggun di kursi tempat seakan-akan singgasananya.

Melihat wajahnya yang sudah tidak sabar, Jessi meredakan senyumnya. "Danies, sebentar lagi kamu lulus sekolah. Apa ada tempat kuliah yang kamu ingin?"

"Gak ada," balasnya acuh tak acuh.

"Hmm ... kalau begitu, ibu akan nentuin sendiri."

"Gak perlu. Danies akan cari sendiri."

"Baik." Jessi setuju begitu saja.

"Apa ada perlu yang lain, Bu?"

Jessi meletakkan kedua sikunya di meja, lalu menopang dagu dengan tangannya. "Ada."

Danies mengangkat kepalanya melihat suara Jessi yang teramat serius.

"Ibu mau ngasih tau kamu sesuatu. Dan, kamu tidak bisa menolak atau pun menghindar. Ini sudah jadi kesepakatan mutlak."

Danies tidak pernah tidak merasakan firasat buruk sebelum Jessi berkata serius seperti sekarang. Dan ... benar saja.

"Kamu mempunyai kontrak pernikahan dengan seorang gadis yang ibu pilih. Karena umur kamu belum cukup, di tambah belajar kamu belum terselesaikan, ibu akan nunggu kamu dan gadis itu lulus kuliah."

Emosi Danies mendidih, ekspresinya berubah gelap menakutkan. Namun, Jessi sudah menduga sehingga perubahan ekspresi Danies tidak memengaruhinya.

Dengan wajah santai, dia melanjutkan. "Bagaimana mungkin ibu gak tau tentang gadis yang menjadi objek obsesi kamu itu? Dia udah gak ada lagi, dan dia cuma kenangan kamu yang akan berlalu. Sekarang, kamu harus ngerangkai masa depan kamu. Gadis yang ibu pilih, dia yang akan nemenin kamu mulai dari sekarang."

Rayna Transmigrasi ✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now