Chapter 9

66.6K 10.3K 218
                                    

Happy Reading💜

°°°

Suasana koridor sekolah Aquilastar, sudah lumayan sunyi karena bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Suara-suara hentakan bola, kaki, dan suara beberapa orang yang tengah bermain, terdengar di lapangan luas itu.

Hanya beberapa orang yang belum pulang dan berlalu lalang di koridor. Termasuk gadis yang tengah bersenandung dengan sebuah earphone di telinganya.

Mendengar suara bola di sebuah ruangan, Rayna masuk melihat-lihat beberapa murid lelaki yang tengah bermain basket di lapangan indoor.

Ia duduk di antara bangku-bangku kosong.

Rayna tengah menunggu Emira yang tengah mengikuti rapat osis. Emira sudah menyuruhnya pulang duluan, tapi Rayna tetap ingin menunggunya dengan berjalan-jalan di sekolah elitenya itu.

Rayna belum tahu semua ruangan dan tata letak seluruhnya. Jadi memakai kesempatan menunggu Emira dengan melihat-melihat dan mencari tahu.

Kenapa ia malah duduk di lapangan indoor basket? Karena yang bermain di sana merupakan cogan-cogan yang Rayna harapkan.

Rayna menopang dagu dengan siku lengan di letakan di lututnya. Ia menelan ludah melihat para cowok itu berkeringat dengan rambut basah.

Apalagi lagi ketika meloncat, perut mereka yang kotak-kotak terlihat di balik baju basket.

Rayna menutup matanya. Namun ia mengintip di sela-sela jarinya. Ia bergumam,"Ya Allah, Rayna gak sengaja liat."

Atensinya menatap lurus cowok yang paling mencolok dan paling tampan tentunya. Wajahnya tentu saja tampan. Namun ekspresi dinginnya tidak membuat Rayna mengalihkan pandangan. Ia menggigit bibirnya gemas seraya menangkup pipinya,"Gak sia-sia gue ke sini. Itung-itung cuci mata, lumayanlah."

Rayna senyum-senyum sendiri. Saat cowok itu melemparkan bola basket tepat ke dalam ring, Rayna bertepuk tangan dengan heboh.

Tentu saja, suaranya sangat keras dan bergema. Semua tatapan orang-orang yang bermain itu langsung menuju ke arah Rayna.

Gerakan tepukan di tangannya memelan. Rayna tersenyum kikuk. Apalagi bertemu dengan mata setajam elang yang merupakan orang penyebab ia bertepuk tangan.

Rayna langsung beranjak dan mengambil tasnya. Ia berteriak,"Sorry! Kayaknya gue ganggu. Gue bakal pergi, kok! Lanjutin aja! Babay abang ganteng!"

Rayna langsung ngacir. Meninggalkan cowok sekitar 5 orang cowok yang saling pandang dengan heran.

Di sisi lain, Rayna terengah-engah seakan dia di kejar mereka.

"Ya ampun. Jantung gue mau meledak di tatap banyak cogan."Rayna mengusap dadanya menenangkan nafasnya. Senyumnya langsung mengembang mengingat cowok itu,"Gue daftarin, ah.."

Rayna mengambil sebuah catatan kecil. Ia menulis nomor dan nama. Karena tidak tahu namanya, ia hanya menulis 'cowok basket'.

Senyum Rayna mengembang,"Gue pasti ketemu dia lagi, hihi."

Rayna melanjutkan perjalannya. Namun, langkahnya terhenti ketika melewati belakang sekolah. Rayna mendengar sebuah tangisan dan suara tajam seseorang.

Rayna mengusap tengkuknya. Ia bergumam ngeri,"Di sini gak ada hantu 'kan?"

Ia akan berlari, namun langkahnya terhenti lagi ketika suara teriakan seseorang terdengar.

Karena rasa penasaran dan keponya lebih besar dari rasa takut, Rayna mendekat dengan kaki gemetar. Akhirnya suaranya lumayan terdengar keras.

Rayna Transmigrasi ✓ [Sudah Terbit]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu