Chapter 44

27.8K 4.7K 311
                                    

Happy Reading ❤️

***

"Rayna."

Rayna menoleh ke samping dengan terkejut. "Tumben lo ke sini pagi-pagi."

Rayna sudah bersiap dengan seragam dan tas sekolahnya. Ia juga sudah sarapan dengan roti yang di siapkan Ezra tadi pagi. Saat keluar dari apartemen, ia mendapati Amzar dengan seragam putih-abu. Sepertinya dia baru datang. Kedatangan antara ke lima cowok itu sudah terbiasa baginya.

Amzar mendekat dan menatapnya diam. Lalu setelah beberapa detik, ia berkata pelan. "Gue mau ngomong sesuatu."

Rayna mengangkat alisnya naik turun seraya menggoda. "Ah, lo pasti mau nembak gue ya?"

Amzar terkejut. Setelahnya, ekspresinya menjadi serius. "Emang lo mau?"

Rayna langsung tertawa sembari menepuk-nepuk bahunya. Amzar hanya diam menatanya tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun.

"Ya.. gue mau lah. Tapi jangan salahin gue kalo gue mendua, mentiga, atau mensepuluh." Rayna cekikikan.

Amzar tau bahwa Rayna tidak pernah serius. Ia hanya menghela nafas akan harapan yang hangus begitu saja.

"Lo mau ngomong apa? Lo gak beneran nembak gue, kan?" terka Rayna. "Komuk lo serius amat. Gue gak bisa nebak jadinya."

"Nanti.. gue ada pertandingan basket sama sekolah lain. Lo mau 'kan nonton gue main?"

Mata Rayna berbinar. "Kapan?"

Amzar tersenyum tipis melihat binaran di matanya. "Pulang sekolah."

"Oh.. pasti banyak cogan ya?"

Senyum Amzar lenyap. Rayna yang kesenangan tidak memerhatikan senyumnya sampai itu menghilang.

"Yang lo tonton itu gue, bukan orang lain. Lo mau kan?"

Rayna mengerjap bingung mendengar ucapannya. Namun ia mengangguk-angguk. "Oke, oke. Nanti gue datang kok."

Senyum Amzar kembali terbit. Ia meraih tangan Rayna. "Ayo berangkat."

"Kalian mau ninggalin gue?"

Keduanya langsung menoleh ke belakang dan melihat Ezra dengan senyum masam. Sepertinya dia baru saja keluar dari pintu apartemennya.

Rayna tersenyum polos dan menunjuk Amzar. "Dia yang ngajakin. Gue kan lupa lo masih di dalam."

Rayna terbiasa berangkat bersama Ezra, ataupun jika ada di antara ke empat cowok lainnya yang datang pagi-pagi, ia selalu berangkat bersama mereka. Lebih tepatnya harus. Walaupun ia sudah punya motor sendiri, dan mereka dengan motornya masing-masing. Seperti di kawal, mereka mengikuti Rayna dari belakang.

Ezra mendekat seraya menatap tangan Amzar yang menggenggam Rayna. Ia menatap Amzar tajam. Yang di tatap terlihat santai.

Ezra mengambil tangan Rayna yang lain dan menariknya pelan. "Ayo."

Rayna baru menyadari kedua tangannya di gandeng. Ia menatap tangan kiri yang Amzar genggam, lalu tangan lainnya di genggam Ezra. Lalu ia mengangkat kepala menatap kedua cowok di kedua sampingnya dengan tatapan kosong.

Rayna bermonolog. "Gue kayak anak kecil yang di gandeng dua ayah karena takut lari-larian."

***

"Berangkat sama siapa?"

Saat Rayna duduk di bangkunya, ia di sambut pertanyaan Arsa.

"Sama Ezra dan Amzar." Rayna menyengir. Lalu ia menatap Arsa heran. "Lo tumben gak ke apart pagi tadi."

Rayna Transmigrasi ✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now