BM -24-

4.7K 691 94
                                    

Menjadi wanita itu sulit. Luar biasa sulitnya.

Setiap langkahnya selalu ada yang membicarakan. Tak boleh ini tak boleh itu. Semua rasa-rasanya dibebankan pada seorang wanita.

Begitu banyak persepsi masyarakat yang menitik beratkan sesuatu pada seorang wanita. Bahkan dalam hubungan sekalipun.

Tak perduli latar belakangnya yang salah tetap wanita.

Perselingkuhan, kehancuran rumah tangga, tidak bisa memiliki keturunan, hingga hal kecil seperti rumah tak rapi wanita yang salah.

Perselingkuhan yang dilihat selalu wanita ketiga. Tanpa pernah mau mengerti jika sang pria bisa saja adalah seorang manipulatif.

Kehancuran rumah tangga, yang dilihat selalu wanita yang tak bisa menjaga keharmonisan rumahnya.

Tidak memiliki keturunan hingga bertahun-tahun katanya wanita juga yang salah dalam hal ini.

Jadi wanita itu sulit. Luar biasa rumitnya.

Selama hidupnya sebagai seorang wanita Tiffany sudah mengalami begitu banyak hal dalam hidupnya.

Caci maki dari orang-orang terasa seperti nyanyian sumbang untuknya setiap hari.

Sejak dulu hidup Tiffany selalu di bawah tekanan manusia-manusia lain yang tak mau mengerti.

Setelah menikah butuh lebih dari tiga tahun untuknya mengandung buah cinta mantan suaminya. Itu pun saat mengandung mereka bilang bahwa Mahen lah yang berjasa. Pemancing yang luar biasa katanya.

Tak ada yang menyebut Tiffany hebat selain dirinya.

Lalu saat suaminya diketahui berselingkuh. Dia menyalahkan suaminya. Tapi mereka bilang bahwa itu salah wanita itu yang menggoda suaminya. Dan tentu karena dirinya yang tak pernah bisa melayani suaminya dengan baik.

Dan saat rumah tangganya tak mampu lagi Tiffany pertahankan yang salah tetap dirinya. Karena tak sabar dan tak bisa memuaskan suaminya. Lemah kata mereka.

Semuanya. Semuanya salah Tiffany sebagai seorang wanita.

Lalu saat jatuh cinta untuk kedua kalinya pun Tiffany ternyata masih jadi wanita bersalah.

Dia salah. Putranya bilang dia yang salah. Orang-orang bilang dia yang salah.

Tanpa tau bahwa Tiffany hanya ingin mencari bahagia. Tanpa mau mengerti bahwa Tiffany juga sama sulitnya.

Memikirkan bagaimana Galih selalu membawanya dalam dekap hangat setiap kali rasa sakit itu datang tak akan pernah bisa jadi alasan Tiffany untuk bersama laki-laki itu. Itu tetap salah, kata mereka.

Masih jelas dia ingat bagaimana keduanya saling jujur akan perasaannya. Mengatakan dengan jelas apa yang akan terjadi ke depannya dengan hubungan keduanya.

Hingga Galih melamar dirinya. Memberinya sebuah cincin permata indah yang sampai saat ini masih melingkar di jarinya.

Betapa bahagianya Tiffany saat itu. Membayangkan bahwa sebentar lagi dirinya ada yang menopang. Putra-putranya ada yang membimbing. Tiffany serasa terbang.

Tapi kemudian Galih datang dengan raut wajah suram mengatakan putranya tidak menyetujui hubungan keduanya.

Patah sudah hatinya.

"Tidak apa-apa mungkin memang kita butuh sedikit waktu lagi" katanya pelan saat Galih menyembunyikan wajahnya pada caruk leher miliknya. Tiffany sedih tapi dia tau Galih jauh lebih sedih.

Tak seperti Tiffany yang dikhianati, Galih dicintai istrinya sampai mati. Butuh bertahun-tahun baginya untuk bisa membuka hati.

"Jangan pergi ya?? Tolong sabar. Iyan pasti mengerti"

Bad Mad ✓Where stories live. Discover now