BM -21-

3.8K 741 96
                                    

Hari ini rumah besar Jemian agak tenang karena penghuninya masih sama-sama bergelung dalam selimut tebal. Menikmati waktu libur di tanggal merah yang berharga ini.

Saling mendekap dan bermalas-malasan seharian adalah agenda pengisi liburan mereka. Selalu sederhana.

Jemian masih betah terlelap di dalam pelukan Papanya. Menggelepar di karpet merah tebal yang digelar di ruang keluarga selepas sarapan. Menikmati waktu luang sang Papa yang begitu jarang didapatkan.

Jani yang hendak menonton tayangan ulang film favoritnya sampai mengurungkan niatnya. Lebih memilih pergi dan meninggalkan pasangan anak dan Papa itu menjalankan agendanya.

Usapan-usapan pelan pada punggungnya Jemian rasakan setiap dia melenguh pelan. Kebiasaan sang Papa untuk membuatnya tetap terlelap.

Harusnya kegiatan menghangatkan itu bisa lebih lama lagi. Namun kegiatan bunda dan anak-anaknya yang terlalu rajin membersihkan dapur dan ruang makan mau tak mau membuat mata keduanya terbuka.

Jemian hampir merengek sebal karenanya.

"Apa gak bisa lebih ribut lagi itu bersihin kompornya??"

"Heh! Nanti mereka dengar" kata Papa sambil bangkit dan merenggangkan ototnya. Pegal juga rasanya tidur di karpet dan dijadikan bantal oleh Jemian.

"Bangun cil. Gak enak ini mereka bersih-bersih kita malah tidur"

Jemian melenguh panjang sebelum merentangkan tangannya. Meminta bantuan Papa untuk bangkit.

Papa berdecak dengan perlahan meraih tubuh Jemian meletakkan tangannya di belakang punggung Jemian kemudian mengangkatnya hingga terduduk. Tangannya mengusap punggung dan wajah putranya bergantian.

"Cuci muka dulu gih"

Jemian mengangguk dan benar-benar melenggang ke arah kamar mandi meninggalkan Papa yang membereskan bekas tidur mereka.

Melipat selimut dan karpet lalu merapikan bantal-bantal yang berserakan.

"Oh udah pada bangun??"

Galih menoleh dan tersenyum.

"Udah Hen. Jani mana??"

Mahen menoleh ke belakang.

"Disuruh bunda beli barang ke warung"

Galih mengangguk mengerti lanjut melipat selimut yang sudah kusut karena mereka gunakan.

"Aku bantu ya, Om"

"Eh?? Gak usah, Hen"

Mahen tak mendengarkan malah terus menumpuk bantal dan mengangkatnya.

"Aduh makasi ya. Om titip masukin kamar gak apa-apa??"

"Gak apa-apa Om"

Galih tersenyum manis. Membiarkan Mahen membantunya membereskan ruang keluarga yang berantakan.

Setelah pekerjaannya selesai langkahnya mengarah ke dapur. Tersenyum kecil melihat sosok wanita disana sudah sibuk dengan pekerjaannya.

"Sibuk amat, neng!" katanya sambil memeluk wanita itu dari belakang.

Wanita itu tersentak sebelum menyikut perut Galih dengan keras.

"Apaan sih! Jangan peluk-peluk nanti anak-anak lihat"

Galih mengangguk kemudian menyipitkan mata melihat apa yang Fani tengah kerjakan.

"Buat cookies lagi??"

"Iyan suka. Katanya enak" katanya sambil tersenyum membuat Galih mengulas senyum yang sama.

Dengan gemas lelaki itu mendekat dan menggesekkan hidung keduanya. Membuat Fani terkekeh geli.

Bad Mad ✓Where stories live. Discover now