BM -1-

5.2K 729 119
                                    

Rembulan sudah mulai terbit menggantikan peran matahari yang lelah bersinar terang seharian ini. Udara malam yang sejuk terasa membelai bagi mereka yang tengah berada dalam hiruk pikuk kehidupan.

Malam ini harusnya menjadi malam yang tenang. Seperti malam-malam sebelumnya.

Tapi mendapati Papa pulang dengan orang lain terlebih seorang wanita tentu mengusik ketenangan seorang Jemian.

Matanya nyalang beradu tatap dengan mata Papa yang tampak salah tingkah. Sialan.

"Papa!!!"

Kakinya dia hentakkan kuat menatap wanita yang di sebelah papanya dengan tatap tidak suka secara terang-terangan.

"Aku udah bilang gak setuju ya Papa!!" Suaranya melengking memecahkan kesunyian yang tercipta di antara mereka.

"Aku gak mau punya i—mmmhhh"

Belum saja kalimatnya tuntas tangan besar Papa sudah mendekap mulutnya. Jemian tentu tidak terima hingga balas memukul tangan Papa.

"Maaf ini putraku, dia memang sedikit cerewet"

"Hmmpphhh"

"Aw!!"

Satu injakan keras pada kakinya membuat bungkaman Papa terlepas begitu saja. Jemian berdecih mendekat ke arah wanita yang sedari tadi menatapnya sungkan.

"Aku gak mau punya mama baru!!" Teriaknya begitu telah sampai di hadapan wanita itu.

"Hah??"

Wanita itu terkejut menunjuk dirinya sendiri dan buru-buru menggeleng.

"Anu s-saya bukan calon istri pak Galih"

"Eh??"

Kini giliran Jemian yang terkejut. Berbalik menatap Papa dengan wajah yang kentara bingungnya.

"Dia hanya teman Papa. Hari ini baru saja dapat musibah rumahnya terbakar. Karena semua uang tabungannya dipakai untuk renovasi rumahnya nanti Papa usulkan buat tinggal disini sementara waktu"

Dahi Jemian mengernyit. Matanya memicing.

"Omong kosong!! Papa pasti berbohong!!!"

Ayolah baru seminggu yang lalu Papa menanyakan dirinya menginginkan Mama baru atau tidak lalu tiba-tiba sekarang ada wanita yang katanya teman Papa yang akan tinggal di rumah mereka. Siapa yang akan percaya??!

"Pak Galih tidak berbohong"

Suara wanita itu membuatnya menoleh lagi. Tangan Jemian berkacak pinggang.

"Bener. Cuman teman Papa??"

"I-iya"

"Awas loh ya!! Aku gak mau punya mama baru!!"

Wanita itu mengangguk sambil tersenyum lebar. Jemian berdecih dan melengos. Berbalik lalu meninju lengan Papa dengan keras.

"Denger gak aku ngomong apa??!"

"Iya cil, astaga!!"

Iya. Malam yang indah.

🦄🦄🦄

Saat bunda menyuruh Jani untuk berkemas dia tau betul bahwa itu tak akan berakhir baik. Tapi mendapati bahwa rumahnya mulai dikosongkan sebagian membuatnya tau bahwa itu pasti buruk.

Dia menghela nafas menatap pada Mahen yang saat ini menatap rumahnya dengan tatap penyesalan.

Jani melengos. Tentu biang dari semua masalah ini harus merasa bersalah. Enak saja membakar hampir setengah rumah hanya untuk menggoreng telur.

Bad Mad ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang