BM -22-

3.7K 639 51
                                    

Mahen tidak tau apa yang salah pada penghuni rumah kecil ini. Rasanya tak ada satu hari pun mereka bertingkah laku normal. Ada saja hal-hal yang membuat Mahen terkejut tidak menyangka.

Barusan Mahen hampir saja berteriak karena mendapati wajah Om Galih sudah penuh dengan coretan cat air warna putih dan merah di wajahnya. Kalah main kartu kata Jani saat ditanya.

"Ayo ikut kak!!"

Mahen hendak menggeleng tapi bunda kemudian turut duduk melingkar bersama tiga orang yang tampak seperti bocah itu membuat mau tak mau Mahen pun turut bergabung.

"Bunda ikut main ya?? Bisa kan??"

Bunda mengangguk dengan semangat membuat Jani dan Jemian semakin menggebu.

Dengan lincahnya Jani mulai mengocok kartu dan membagikan masing-masing mereka lima kartu.

"Papa mau liat"

Baru saja selesai dibagikan Jemian langsung mencondongkan tubuhnya ke arah Papanya. Herannya yang lebih tua dengan sukarela memperlihatkan kartunya.

"Mainnya gitu mulu!!" Kata Jani merebut kartu milik Jemian.

"Pindah posisi deh pindah posisi!! Iyan gak boleh deket Om Galih sama bunda pokoknya!"

Jemian mendelik.

"Lah ngatur!!"

"Gue bandarnya!!"

Akhirnya mereka berlima pun melingkar dengan posisi Jemian diantara Jani dan Mahen, lalu Om Galih dan bunda berjejer di antaranya.

Jemian mengangguk melihat kartunya hendak melongok ke arah Jani tapi dengan cepat anak itu menyembunyikan kartunya.

"Pelit banget!" Sinisnya.

Saat akan mengintip kartu milik Mahen, Jemian tak enak sendiri hingga memutuskan mengandalkan semua keberuntungannya.

"Mulai ya!"

Jani yang memulai mengeluarkan kartu merah nomer 6. Lanjut ke arah Om Galih yang mengeluarkan warna merah tiga, dilanjutkan dengan bunda, Mahen, dan terakhir Jemian.

Begitu seterusnya hingga kartu Jemian tersisa dua lagi. Dengan harap-harap cemas berharap Mahen akan mengeluarkan angka 5 atau warna kuning.

"Uno! Uno!!"

Jemian dengan cepat memekik heboh saat kartu yang dikeluarkan Mahen benar-benar angka 5.

Dia tersenyum senang menyembunyikan satu kartunya dalam genggaman. Tidak menyadari Jani yang tersenyum licik ke arahnya.

"Uno!" Teriak Jani pelan mengeluarkan +2 warna kuning. Jemian melirik acuh.

"Uno!"

Papa turut mengeluarkan +2 membuat Jemian sedikit was-was.

"Ini boleh dikeluarkan??"

Bunda bertanya menunjuk kartu +2 miliknya yang berwarna biru.

"Boleh bunda!! Boleh banget!!"

Jani menjawab cepat. Jemian menggigit bibir bawahnya menatap serius Mahen di sampingnya.

Dia menggeleng pelan saat Mahen menatapnya. Dengan wajah memelas andalannya.

"Kakak, jangan..."

Mahen meliriknya iba dengan sengaja mengelus pipi Jemian sebelum mengeluarkan dua kartu +2 miliknya.

"Aarrghhhhh!!"

Jemian merusak permainan dengan mengacak-acak kartu yang tersisa. Frustrasi.

"Et et kalah gak boleh kabur"

Bad Mad ✓Where stories live. Discover now