chapter 4 : Penyesalan

1.2K 135 53
                                    




      Di dalam sell tahanan Taufan memainkan topinya dan sedikit mengacak acak rambutnya, yang telah kehilangan setengah warnanya berganti dengan warna putih yang mulai dominan menghiasi surai coklatnya.  Senyuman tak lepas dari wajahnya namun manik matanya bergetar menahan air mata untuk tak jatuh dari tempatnya


Taufan merasa ironis dia yang seharusnya memiliki paling kecil kemungkinan untuk dikuasai sisi gelap adalah yang pertama mendapatkannya.  Selama setahun menahan diri berusaha meyakinkan hati bahwa semua akan baik baik saja, meski tanpa dukungan saudara  ataupun teman disisinya. Taufan tetap bisa mempertahankan kewarasannya menganggap semuanya adalah permainan kehidupan dan yang perlu dia lakukan hanya keep going. Namun semenjak sebulan berada di penjara bukan bahkan saat dia mendapat tuduhan sebagai penghianat, mengikis sedikit kewarasannya kepercayaan bahwa saudaranya akan membelanya pupus begitu mendapat perlakuan buruk di sel tahanan.

  Blaze dan solar yang datang hanya untuk menyiksanya dan menjadikan dia samsak latihan, bahkan erangan kesakitan bagai melodi di telinga mereka.

Gempa yang kadang datang meski tak mengatakan apapun, tapi dia selalu menatap tajam dari manik emasnya. sementara Halilintar yang selalu melontarkan kata kata kejam dan sindiran sarkar ke arahnya. Thorn ..? Tentu saja datang dengan cambuknya dan wajah polos yang menghiasi namun setelah itu Thorn selalu mengobati luka yang diberikannya dengan kekuatanya. Dan berkata ini hanya latihan penyembuhan saja sembari menampilkan wajah polosnya. Taufan tau kalau dia hanya objek pelampiasan saudaranya namun dia tetap diam dan tak berkutik, sampai kewarasannya benar benar berada di titik rendah.


    Taufan kembali memakai topinya dia membelakangi dinding selnya melihat tembok  tempat ranjangnya berada sampai ada seseorang bersandar dibelakangnya. Orang itu memunggungi Taufan sama seperti Taufan yang memunggunginya, helaan nafas berat terdengar dari seberang membuat Taufan tau siapa yang ada bersamanya saat ini.

Taufan tak mendengar langkah kaki ataupun gesekan maka  hanya ada satu kemungkinan bahwa orang itu adalah Gea dia menggunakan sihir perpindahan ruang seperti waktu itu dia gunakan untuk membawa Ice dan Yaya kesini.

" Bagaimana rapatnya ...?" Taufan bertanya walau dia tau bagaimana hasilnya dari helaan nafas berat  temannya.

" huh..... Buruk ...." sebuah helaan panjang kembali terdengar. Taufan tertawa kecil saat mendengar jawaban temannya.

" kenapa kau tertawa muson ..? Kau pikir ini lucu apa .."Taufan terdiam saat mendengar pertanyaan temannya ini.

"Yah .... mendengarmu bernafas lelah seperti ini memang agak lucu..." taufan membalas ucapan  Gae. Gea semakin memeluk lututnya menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya.

" sebenarnya kau taukan hukuman yang akan kau terima bahkan, sebelum hukuman itu ditetapkan. Makanya saat kita bertemuan pertama kami mengunjungimu kau mengucapkan itu kan....?" Kesal Gea. Dia ingat jelas bagaimana Taufan mengatakan ini adalah terakhir kalinya mereka akan bertemu.

"........." Taufan  hanya  diam wajahnya menengadah keatas menampilkan tatapan kosong di kedua manik birunya.

"Ochobot  tak akan melakukan hukumanmu...!?" Pernyataan  selanjutnya membuat Taufan tersentak.

"APA...... "Kagetnya

" Ochobot  menolak keras perintah itu bahkan meski dia dihancurkan dia tak akan memusnakanmu ...." lanjut Gea dingin, dia mengingat perkataan Ochobot  yang berani menolak putusan Tapops.

"Kalau bukan Ochobot  lalu sia-"

"Aku ....." Gae  memotong ucapan Taufan.

"Aku yang akan melakukannya besok, aku ..... Taufan mereka memintaku "

how are you (BOBOIBOY AU)Where stories live. Discover now