Revano menjatuhkan ponselnya, tubuh itu meluruh, tergeletak di lantai yang dingin. Revano menggeliat kecil, keringat mulai membanjirinya.

Di tengah rasa sakitnya, Revano terus menggumamkan nama Nilam. Berharap wanita itu datang, mengelus puncak kepalanya lalu menemaninya.

"Mama..." lirihnya.

*******

Ellina, gadis itu melambaikan tangannya ke arah sang kakak yang baru saja mengantarnya ke sekolah.

"Hati-hati Abang..." teriak Ellina, berharap sang Abang, Alfiandra, mendengarnya.

Ellina tersenyum manis, menatap kepergian mobil sang kakak. Tidak jauh dari Ellina berada, seorang gadis menuruni motor dengan senyuman manis di bibirnya.

"Terimakasih ya bang, udah repot-repot ngantar aku pagi ini." ucap gadis itu.

"Bukan kah itu udah tugas nya Abang heum?" ucap seorang lelaki, tersenyum manis ke arah sang adik.

"Ya aku gak enak aja. Kasihan Abang harus Bulak-balik nganter aku lalu ke tempat kerja."

Tangan lelaki itu terangkat, merapihkan rambut sang adik dengan lembut.

"Enggak apa-apa, kalau bukan Abang siapa lagi? Udah, kamu masuk, udah mau bel juga. Belajar yang rajin, jangan nakal. Nanti, kalau kerjaan abang tidak terlalu banyak, Abang sempatkan untuk menjemput kamu."

Gadis itu menatap lelaki itu dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. Sungguh, gadis itu begitu mengangumi sosok sang kakak.

"Kalau gitu, Abang berangkat kerja ya? Ingat selalu pesan Abang."

Gadis itu mengangguk seraya tersenyum. "Pasti. Abang hati-hati, kalau udah waktunya makan, jangan di tunda, biar gak sakit."

"Oke, Abang akan selalu ingat itu adik manis." tangan lelaki itu, mencubit gemas pipi sang adik, membuat sang adik meringis kecil namun tawanya menguar.

"Yaudah, Abang pergi. Kalau ada apa-apa kabarin Abang ya?"

Lagi, gadis itu mengangguk. Lelaki itu mulai menyalakan motornya, ia kembali menatap sang adik.

"Abang hati-hati yaa...dadah..." ucap gadis itu seraya melambaikan tangannya, lelaki itu manggut-manggut, tangannya melambai, setelah itu motor itu melaju pelan.

"Bang Zha..." teriak gadis itu, berhasil menghentikan laju motor sang kakak. Lelaki yang kepalanya tertutup oleh helm itu menoleh ke belakang. Terlihat, adik kecilnya tengah melambai seraya tersenyum manis. Membuat lelaki itu ikut tersenyum.

"HATI-HATI." teriak gadis itu entah untuk yang keberapa. Lelaki itu manggut-manggut, lalu kembali melajukan motornya.

"Anya?"

Gadis itu menoleh ke arah sumber suara.

"Ellina?"

"Mau ke kelas?"

Gadis itu, Anya. Mengangguk kecil, senyuman di bibirnya belum juga hilang.

"Bareng ya?"

Lagi, gadis itu hanya mengangguk. Setelahnya, keduanya melangkah beriringan.

GaReNdra (SELESAI)Место, где живут истории. Откройте их для себя