[31]

51 6 1
                                    

Happy Reading🥀

Happy Reading🥀

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

dr. Kara Xena Pratista

Gila, hanya kata itu yang paling pantas melambangkan bagaimana bentukan gue saat ini. Sejak semalam gue gak bisa berhenti untuk tersenyum, bahkan gue curiga bahwa gue terus tersenyum selama tertidur.

Tubuh gue terasa sangat ringan hari ini.

Begitu sampai di rumah sakit, gue gak berhenti menyapa satu persatu pekerja, mulai dari security hingga pekerja di poliklinik. Di depan ruang kerja, gue gak langsung masuk melainkan duduk di samping Karina yang tengah merapikan meja kerjanya. Gue bersandar pada bahu Karina, memeluk lengan dia dan menghalangi wajah gue yang mendadak panas karena satu ingatan yang melintas di pikiran gue.

" Tensi gue dong Rin " Pinta gue seraya mengulurkan lengan kiri ke arah Karina.

" Merasa hipertensi lo? "
" Bukan, cepet tensi "
" Berani bayar berapa? "
" Triple box Pizza Hut "
" Deal! " Karina mulai kayak Yasa ya, apa-apa harus disogok dulu. Tapi gak apa-apa, karena gue lagi berduit hari ini.

Tanpa banyak bicara lagi, Karina langsung membantu untuk memeriksa tekanan darah gue. Gue merasa jantung gue berdetak jauh di atas normal, yang gue tebak akan mempengaruhi tekanan darah gue.

" 150/90 nih, bergadang atau emang lo sengaja nyemilin garem sekilo? "
" Gue gak tau Rin, yang gue rasa cuma gue lagi gila hari ini. Jantung gue bekerja ekstra gitu loh "
" Kebanyakan halu kali tuh "
" Dih! "
" WOY!! " *Brak!

" ALLAHUAKBAR!! " Teriakan gue dan Karina membuat seisi poliklinik memberi atensi turut terkejut. Dengan kesal, Karina melempar pulpen yang tepat mengenai dahi Nakula –si pelaku penggebrakan meja barusan yang sekarang malah cengengesan gak jelas.

Pulpen yang sebelumnya mengenai dahi Nakula, dipungut oleh Nakula dan dimasukan ke dalam saku kemeja, bukan dikembalikan kepada Karina.

" Pulpen gue itu woy "
" Beli di mana? Bagus ih ada tuing-tuingnya " Gue tertawa mendengar nada bicara Nakula saat berkata tuing-tuing.

" Pulpen apa namanya? Gue mau beli juga "
" Pulpen inul "
" Gue kira pensil doang yang inul, ternyata pulpen juga ada ya "
" Ada lah, udah siniin deh! " Karina menagih pulpen dengan tidak sabaran. Salah sih ketika Karina yang emosian berhadapan dengan Nakula yang hobinya menggoda orang. Liat aja gimana cara Nakula tarik-ulur pulpen yang katanya pulpen inul itu, lebih bagus pulpen tuing-tuing ya namanya.

" Ck! Ih! "
" Iya iyaaaaaa, ini.. Monggo tuan putri " Dirampas dengan kasar pulpen tuing yang disodorkan Nakula. Gue kembali tertawa kecil melihat tingkah janda dan duda ini, eh? Samaan tuh gelarnya.

" Kar "
" Hm? " Masih tersenyum gue menatap Nakula. Dia menyondongkan tubuh ke hadapan gue membuat gue merasa was-was.

" Gue sayang sama lo "
" Hah? " Karina yang terkejut bukan gue. Yang gue lakukan hanya mengulum kedua belah bibir gue berusaha untuk menahan senyum sekuat tenaga. Tanpa menjawab kebingungan Karina, Nakula berlalu masuk ke dalam ruangannya, menyisakan tubuh gue yang tersengat listrik hebat dan langsung melemas.

ACCISMUS.Where stories live. Discover now