[27]

42 8 2
                                    

Happy Reading🥀

Happy Reading🥀

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

dr. Kara Xena Pratista

Dokter Kara...

Rasanya seperti gue dan Nakula menjadi dua orang yang tidak pernah dekat sebelumnya. Panggilan formal yang diberikan oleh Nakula menjadi awal baru dalam hubungan gue dan Nakula yang bisa dikatakan sudah resmi menjadi dua orang asing yang dihubungkan karena pekerjaan. Gak dipungkiri, bahwa gue sangat membenci panggilan tersebut. Memanggil gue dengan nama lengkap jauh lebih baik dibanding memanggil gue dengan profesi.

Menanti Prawa untuk selesai mengobrol dengan Nakula, gue menyambar asal makanan yang ada di rak. Meremat kemasan makanan ringan berukuran sedang ini tanpa mau untuk menatap wajah Nakula.

Hal berdosa yang gue lakukan adalah gue masih merasa nyaman berada dekat dengan Nakula, meski tanpa tegur sapa atau obrolan akrab seperti sebelumnya. Hal sederhana seperti gue duduk di kursi kantin yang sama, memesan makanan yang sama, memesan minuman yang biasa Nakula pesan atau bahkan gue mengikuti kebiasaan Nakula mengunyah es batu di saat gigi gue sangat sensitif terhadap rasa dingin. Gue melakukan itu seolah gue benar-benar menolak jauh dari sosok Nakula, tolol.

Saat mendengar Nakula berkata bahwa gue dan Prawa semakin dekat, rasanya gue sangat marah. Sangat menolak pernyataan tersebut, karena gue gak pernah menganggap lebih dekat atau semakin dekat dengan Prawa –atau siapapun di dunia ini.

Kasarnya apabila bukan Nakula, maka bukan siapapun. Haha, bahkan gue baru tau bahwa seorang Kara bisa terobsesi pada lawan jenis. Gue harus banyak bertaubat sepertinya, kasihan Nakula yang sudah berumah tangga apabila gue terus berpikiran tentang dia.

" Saya duluan, mari dokter Prawa, dokter Kara " Lagi, hati gue tertegun namun membuat gue sontak menatap wajah Nakula. Dia tersenyum sebelum melenggang pergi.

Tubuh gue gak bergerak barang menyingkir untuk memberi jalan kepada pengunjung minimarket lain.

Melihat tubuh Nakula sekarang, perasaan gue gak enak. Nakula bukan hanya berubah secara sikap, tapi juga fisik. Dia terlihat lebih kurus, baju yang sama yang dikenakan sejak dulu kini lebih longgar. Pergelangan tangannya sangat kecil, juga kedua pipi yang semakin tirus. Sebetulnya, apa yang dia rasakan dalam rumah tangga? Sampai dia terlihat seperti tidak memperhatikan tubuh sendiri.

" Dokter Kara, sebelumnya deket banget sama dokter Nakula kan? "
" Hah? " Entah apa yang ada di pikiran gue, mendengar pertanyaan Prawa, gue gak terkejut tapi gue bingung.

" Keliatan kok. Keliatan banget malah. " Apa iya yang dikatakan Prawa. Selayaknya, bagi seorang Prawa, gue dan Nakula hanya dua rekan kerja biasa. Bagaimana cara Prawa melihat kedekatan gue dengan Nakula di saat gue bahkan gak mengobrol ataupun menjawab pertanyaan basi yang Nakula lontarkan tadi.

" Ada satu dua hal yang memang membuat dua manusia tiba-tiba menjauh. Apalagi antara perempuan dan laki-laki, dokter Kara pasti paham maksud saya "
" Hm.. Sebetulnya, sampai sekarang juga saya masih deket sama dokter Nakula, sama seperti sebelumnya "
" Oh ya? Tapi tadi kok gak ngobrol akrab? "
" Enggak apa-apa.. Kamu masih mau jajan? Saya mau ketemu Samudra, udah ada janji.. Maaf ya, saya tinggal lagi "
" Okay dok, saya yang minta maaf karena mengganggu waktunya "

ACCISMUS.Where stories live. Discover now