[14]

42 9 4
                                    

Happy Reading🥀

Happy Reading🥀

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

dr. Nakula Nirankara, Sp.B

Perasaan memang jarang ada yang meleset, betul kecurigaan gue, Samudra memang terjangkit demam berdarah. Demamnya gak turun meskipun udah dikasih antipiretik beberapa kali dibarengi antibiotik. Hasil lab sebelumnya menunjukkan trombosit Samudra di bawah angka 100.000. Dan secara fisik, kasarnya, Samudra kayak udah gak ada gairah untuk hidup saking loyonya, tadinya gue mau nyewa ambulance, kalau gue selebay itu.

Gue dan Laut bergantian menjaga Samudra di ruang ini, berhubung Laut masuk shift dua yang dimulai pukul empat sore, dan Laut udah pulang sejak selepas dzuhur tadi karena gue udah bisa jaga. Dan selama menjaga Samudra, gue juga gak melaksanakan prosedur bedah.

Hari ini, Kara jaga malam, dia di IGD. Pagi nanti, dia berniat untuk mengunjungi Samudra, dia bilang bisa menggantikan gue selama gue bekerja tapi gue tolak, karena Kara juga harus istirahat setelah jaga malam, tapi dia masih bisa menjenguk Samudra sekadar memperhatikan perkembangan si bungsu.

Sembari menonton tv, Samudra asik menyeruput jus jambu merah untuk menaikkan trombositnya. Segala cara dilakukan ya supaya Samudra gak terlalu lama dirawat di sini, senyaman apapun ruang rawat rumah sakit, gak pernah membuat penginap nya nyaman dan betah, heran kan?

" Abang "
" Apa? "
" Lo suka sama mbak Kara? "
" Biasa aja, gue berteman sama siapa aja "
" Tapi deketnya kalian itu beda loh "
" Masa sih? Iya sih beda, tapi gak ada maksud lain. Mungkin itu karena gue lebih percaya aja sama Kara, jadi waktu gue lebih banyak dihabiskan sama dia "
" Jangan sama Rhea ya? "

Menahan tawa, gue menatap Samudra dengan raut wajah heran. Kenapa jadi Rhea? Dan, kenapa Samudra harus mengkhawatirkan gue akan berhubungan lebih dari rekan dengan Rhea? 

Tangan gue menonjok pelan lengan atas Samudra sebelum menjawab.

" Kenapa jadi Rhea? Lo kepikiran apa sih? "
" Ada rasa khawatir kalau lo bakalan jatuh cinta sama Rhea. Ada rasa nolak aja "
" Kenapa nolak? Karena lo mau sama dia kah? "
" Enggak! Dia terlalu deket sana-sini bang "
" Kan cocok sama pribadi gue, gue juga deket sana-sini loh " Kata gue menggoda Samudra. Dia berdecak dan memalingkan wajah sesaat.

" Tapi lo setuju kalau gue sama Kara? "
" Setuju! Banget! Fix!! Aduh, kepala gue! " Agak terkejut ya melihat keagresifan Samudra saat berkata setuju kalau gue sama Kara. Dia spontan bangkit dari posisi setengah tidur dan ya, sudah bisa ditebak, aliran darahnya mendadak kayak air terjun, jadi darah di tubuhnya gak sampe otak, pusing deh.

" Kenapa harus setuju? Gue juga sama Kara cuma sekedar rekan kerja "
" Mbak Kara beda loh bang di mata gue. Dia lebih bisa menjaga diri sebagai perempuan, enggak nempel sana-sini "
" Di mata lo ya, bukan di mata gue. Di mata gue semua perempuan sama, sama-sama cantik "
" Euh, pusing deh gue ngomong sama lo, kepala gue makin berat. Tidur ah "

ACCISMUS.Where stories live. Discover now