16. Tak Biasa

Magsimula sa umpisa
                                    

"Benarkah?" tanya kembali Hana yang tak percaya dengan ucapan suaminya. Seokjin mengangguk tanpa ragu. Mau tak mau Hana mempercayainya karena tak ada alasan juga untuk tak percaya. Dia juga tidak memiliki bukti bahwa perkataan suaminya bohong. 

"Kau tak percaya padaku?" tanya Seokjin yang terkejut melihat reaksi Hana. Karena dari dulu wanitanya ini tak pernah mempertanyakan kembali apa yang dia ucapkan. Park Hana tersenyum. Jari jemari tangan kanannya mengelus pipi Seokjin dengan lembut lalu berkata. 

“Aku percaya padamu. Sekarang duduklah. Sebentar lagi masakanku sudah matang,” ucap Hana yang kini beralih kembali ke kegiatan semula yaitu memasak. Disusul dengan Seokjin yang sedang duduk manis di meja makan. 

"Doenjang chiggae?" tanya Seokjin. Hana terdiam beberapa detik. Kalau mengingat perkataan Namjun tadi pagi tentang makanan itu Hana menjadi kesal dan tak ingin memasak menu itu lagi. 

"Aku tak bisa memasak makanan kesukaanmu hari ini. Maaf jika aku mengingkari janji," sahut Hana yang masih terlihat sibuk memasak. 

"Kenapa?" tanya Seokjin penasaran. 

"Karena masakanku tak cukup enak. Masih ada orang lain yang lebih jago memasak doenjang chiggae daripada aku," jelas Hana. 

"Siapa yang bilang masakanmu tak enak? Katakan padaku akan ku patahkan lehernya. Doenjang buatanmu sungguh lezat aku menyukainya," ujar Seokjin. Hana terdiam dengan ekspresi datar sembari menatap suaminya. Tapi doenjang chiggae buatan Hyeri lebih enak, kan, suamiku? batin Hana. 

"Tidak ada yang bilang. Aku hanya merasa masih belum pandai memasak makanan kesukaanmu. Maka dari itu untuk sementara aku tak akan memasak menu itu lagi. Aku akan belajar lebih giat bagaimana cara memasak doenjang chiggae yang lebih enak. Sampai-sampai tak ada orang lain yang masakannya lebih enak dariku," ucap Hana dengan senyuman yang dipaksakan sembari menyiapkan makanan satu per satu di atas meja makan. 

Tak sepenuhnya ucapan Hana itu bohong. Dia memang berniat untuk belajar memasak makanan favorit Seokjin. Jika ia berhasil mencapainya. Perlahan rasa masakan Hyeri akan menghilang di pikiran sang suami. Itu adalah cara Hana untuk menghapus sisa-sisa masa lalu antara Seokjin dan Hyeri. Ia akan memulai dari hal kecil dulu. Jika ditanya sebesar itukah cinta dia ke BaekSeokjin sampai-sampai mau berbuat sejauh itu hanya karena masakan. Jawabannya iya. Memang sebesar itu cinta Hana sampai-sampai ia tak ingin memberikan celah sedikitpun untuk masa lalu suaminya bersama wanita lain. Seokjin tak bisa mengatakan apa-apa. Cuma dia merasa sedikit ada yang aneh dari sikap istrinya. Entah apa itu dia tak tahu. Pria bermarga Kimtak mau banyak menduga dan memilih untuk tetap positif thinking. 

"Sayang, kau tidak apa-apa?" Hanya itulah hal yang bisa Seokjin tanyakan ke istrinya. Hana terkesiap mendengar pertanyaan sang suami. Ternyata pria ini begitu peka terhadap situasi. Hana hanya tersenyum seraya menggeleng pelan. 

"Aku baik-baik saja. Kenapa?" Bohong wanita bermarga Park itu. 

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya khawatir dengan keadaanmu karena seharian aku meninggalkanmu bersama Hyunjin," ujar Seokjin yang sibuk memperhatikan Hana. Kebiasaan istrinya sebelum dia makan adalah mengambilkan semangkuk nasi untuknya. 

"Semua baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir. Oh, iya, bagaimana dengan paman Kangjoon. Apa dia benar-benar akan resign?" 

"Iya begitulah. Keputusannya sudah bulat dan mulai besok aku akan memerintahkan HRD untuk membuka rekrutmen karyawan baru di posisi sekretaris. Semoga orang yang menggantikan paman Kangjoon adalah orang yang berkompeten," kata Seokjin sambil mengunyah makanan. Hana pun mengaminkan ucapan suaminya. 

"Ngomong-ngomong tentang besok. Ada kegiatan pertemuan orang tua murid di sekolah Hyunjin. Undangan sudah diberikan beberapa hari yang lalu. Aku mau bilang padamu kalau nanti pagi aku akan hadir ke sekolah anak kita," kata Hana yang kini tengah melahap makanannya. 

"Biar aku saja yang datang. Semester kemarin kau yang selalu hadir di acara pertemuan orang tua murid. Aku juga ingin tahu bagaimana perkembangan Hyunjin di sekolah. Refreshinglah. Kau boleh berbelanja atau kemana pun nanti pagi."

"Omo, jinjja?" Tanya Hana girang. Walah Seokjin sudah sering melakukan hal seperti ini padanya namun tetap saja ia bahagia layaknya baru pertama kali mendapatkan perlakuan istimewa dari sang suami. "Ehm, yeobo, kau baru saja pulang dari Sokcho. Apa kau tidak kelelahan?" tanya Hana yang merasa khawatir dengan keadaan sang suami. Seokjin pun menggeleng. "Tapi jika kau yang datang ke sekolah. Apa kau tahu risikonya?" Mendengar pertanyaan dari Hana sontak membuat pria tampan itu tertawa kecil. Begitu pula Hana. 

"Aku tahu. Topeng iron man. Ah, pasti besok aku harus seharian memakai topeng itu," celetuk Seokjin yang sudah membayangkan betapa malunya ia besok. "Bukankah putriku menggemaskan?" 

"Tentu saja. Apa kau tahu bahwa cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya? Tidak heran kalau misal Hyunjin cemburu melihat ayah yang dicintainya menjadi pusat perhatian wanita lain," jelas Hana. 

"Lalu bagaimana dengan istriku ini? Apa kau cemburu jika aku menjadi pusat perhatian wanita lain? Apa yang kau lakukan saat wanita-wanita itu memandangku?" Goda Seokjjn. Hal yang paling membuatnya bahagia selama berumah tangga adalah ketika istrinya sedang cemburu. Jika seperti itu Hana pasti bertingkah manja. Wanita berambut panjang itu kini menatap tajam Seokjin dengan penuh gairah. 

"Aku akan menciummu saat itu juga. Tak peduli jika harus bermesraan di depan banyak orang bahkan di tempat umum. Agar mereka tahu bahwa pria yang mereka lihat sudah menjadi milikku," jawab Hana tanpa ragu. 

"Lalu bagaimana dengan sekarang. Apa kau tak ingin menciumku?" Goda Seokjin untuk kesekian kalinya. 

TO BE CONTINUE

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon