HIRAETH 18 : Anak Olympus & Asgard

20 3 0
                                    

"Tidak mungkin Hades memiliki anak! Hal itu tak pernah tertulis di Olympus dan tak pernah ada beritanya! Jadi, hentikan omong kosong ini. Tidak ada namanya putra Hades!"

"Tutup mulut, Altair. Kau tak berhak menginterupsi." Anak Odin yang seistana dengan Jace mendesis. Semua anak Asgard yang mengenal Jace memelototi dan mengintimidasinya. Altair terperangah, tak menyangka mendapat perlawanan seperti ini. Di satu sisi, ia juga bingung. Kenapa anak-anak Asgard ikut campur dalam masalah anak Olympus. Putra-putri Poseidon dan Zeus bangkit, mata mereka mencari seseorang yang bernama Jace.

"Itu bukan urusanmu," jawab Altair. Iris birunya berkilat dan tampaknya akan menyemburkan petir.

Heinrich berdiri, matanya menyipit tajam. "Pertama-tama, kau sudah lancang, menyebut Raja Dunia Bawah dengan meninggalkan sebutan Yang Mulia ataupun Paduka. Kita semua tahu aturannya. Kedua, memangnya kenapa Jace adalah putra Paduka? Itu bukan sesuatu yang salah. Beliau berhak menyembunyikan apa-apa saja. Bahkan jika itu identitas anak pertama. Kenapa, Altair? Kau tak suka?" Heinrich menyeringai.

Di sini, ia benar-benar terlihat berbeda dari yang dikenal Jace.

Muka Altair memerah, mengetahui jika Heinrich menang. Tetapi di sisi lain, ia mengumpati putra Frigg itu dan berniat menjatuhkan harga dirinya suatu hari nanti. Seringai Heinrich turun, tapi wajah dinginnya tak hilang. Gelombang sihir melingkupi tangannya, mengikuti emosi campur aduknya.

"Cukup!" Pemimpin Highbane melerai mereka. Dari wajahnya, Jace menduga ia berasal dari Planet Duat–– atau Mesir. Pemimpin berkulit gelap itu memegang pedang di pinggangnya. "Duduk di tempat kalian dan jangan membuat keributan!"

Anak-anak menurut. Mereka duduk meskipun tak puas, diam-diam saling memelototi. Jace tersenyum pada para anak Odin di belakangnya. "Makasih sudah membelaku."

Mereka mengacungkan jempol dan berujar ringan, "Bukan apa-apa. Sudah sejak dulu kami bermusuhan dengan anak-anak Olympus. Biasalah, adu kekuatan. Kami tak mau kalah dengan mereka, dan mereka pun begitu. Tiap kali bertemu, pasti ada ketegangan seperti ini. Anak Dewa Minor Olympus selalunya menghindari gesekan dengan kami, tapi anak Dewa Tertinggi selalu mengajak duel."

"Tidak akan lengkap kalau tanpa pertarungan, begitulah," lanjut seorang cewek bernama Anna.

Jace bungkam, bergegas balik dan merenungkan ucapan mereka. Dia tak tahu jika anak Asgard dan Olympus saling bermusuhan. Dua planet terkuat, yang di antaranya menyempil Planet Amaravati, tempat berbagai dewa perkasa berada. Planet yang ditakuti sebagian besar warga, bahkan untuk masuk ke sana harus melalui prosedur ketat. Itu atas kehendak Indra dan Basudewa Krisna.

"Tapi kalian menerimaku," ujarnya, menengokkan kepala tanpa membalikkan badan. Mereka tersenyum, menepuk bahunya.

"Itu karena kau bukanlah anak-anak Dewa Olympus. Kau adalah anak Dunia Bawah. Dan meskipun planetmu adalah Olympus, kau sama sekali lain dari mereka." Itu jawaban pamungkasnya, yang membuat Jace terharu dari berbagai sudut.

"Berita bahwa Yang Mulia Hades memiliki putra adalah kebenaran. Itu bukan kebohongan yang dibuat para Dewa. Jace Damian Harrison adalah anak Yang Mulia Hades, satu-satunya. Bukan begitu, Eternallife?" Hans berbicara tegas, membuka kartu terbaiknya untuk menghentikan pertikaian ini.

"Aku hanya melihat kebenaran."

Begitulah pesan Eternallife yang membentang di podium dengan ukuran raksasa, memastikan semua orang dapat membacanya. Dengan begitu, keterkejutan pun meledak. Beberapa orang saling berbisik, tapi cukup keras untuk didengar yang lainnya. Beberapa ribut dan memakan permen, berharap itu menenangkan mereka. Tetapi itu hanyalah permen biasa. Beberapa berbicara terlalu keras, menyuarakan betapa mencengangkannya itu. Jace bergerak gelisah di kursinya, mendadak berharap bisa menenggelamkan diri ke dalam lumpur.

Mythology Universe (1) : HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang