Bagian 08

24 8 0
                                    

"Apa kau melakukan pekerjaan itu setiap hari?"

Aku bertanya ketika Ranell memilih untuk melompat turun dan berjalan sendirian. Ranell yang saat ini masih berwujud seekor kucing itu menoleh sedikit ke arahku yang berjalan di belakangnya.

"Ya, aku melakukannya hampir setiap hari." Jawab Ranell seraya meluruskan pandangannya ke depan kembali.

Aku manggut-manggut mengerti. Kemudian tidak ada percakapan lagi di antara kami.

Saat ini aku sedang berjalan di sebuah gang yang di kanan dan kirinya terdapat  sebuah bangunan-bangunan tinggi. Di jalanan ini sangat sepi dan juga sunyi, seolah-olah bangunan yang saat ini sedang kami lewati tidak berpenghuni. Padahal bangunan-bangunan itu sudah seperti rumah susun, hanya saja bangunannya berwarna gelap.

"Ranell, sudah berapa lama kau tinggal di rumah yang sekarang?" Tanyaku penasaran.

Ranell tinggal di sebuah rumah yang bisa dibilang cukup besar. Meskipun rumahnya hanya berlantai satu, tetapi rumah itu sangat luas. Rumahnya juga terletak cukup jauh dari keramaian kota, bahkan di rumah itu Ranell tidak memiliki tetangga.

Ranell pernah berkata jika itu bukan rumahnya. Aku mengerti, itu pasti rumah salah-satu warga kota yang sudah ditinggalkan. Tetapi aku tidak tahu mereka yang sebelumnya tinggal di kota ini pergi kemana, padahal setahuku kota ini sangat ketat dan tidak bisa ditinggalkan begitu saja. 

Jika ada yang ingin meninggalkan kota ini, biasanya mereka akan tertangkap dan terkena hukuman oleh para Beelze.

"Sekitar dua bulan." Ranell menjawab pertanyaanku.

"Jadi kau benar-benar sering berpindah tempat tinggal, ya? Tetapi kenapa?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin mendapatkan suasana baru." Jawab Ranell lagi.

Aku hanya mengangguk mengerti.  Akhirnya aku memilih untuk diam kembali. Aku berjalan mengikuti Ranell di belakang. Ekor kucing Ranell bergerak kesana kemari seiring dia berjalan, terlihat sangat lucu dan menggemaskan.

Ketika aku dan Ranell hendak berbelok, aku terkejut ketika ada tiga orang pria yang tiba-tiba saja muncul dan menghalangi jalanku.

Mereka bertiga memandangku dengan sorot mata yang tajam, "jika kau ingin lewat sini, kau harus membayar nona muda." Kata salah satu dari mereka.

Aku memandangi mereka kebingungan, apakah mereka seorang bandit di tempat ini?

"Bukankah ini jalanan umum? Mengapa aku harus membayar ketika melewatinya?" Tanyaku dengan angkuh.

Salah satu pria berkepala botak datang mendekatiku, "apa kau tidak tahu jika jalan ini adalah wilayah kekuasaanku. Siapapun yang melewati jalan ini harus membayar padaku." Serunya geram.

Aku menatapnya dengan datar, "aku tidak mau."

"Kalau begitu, aku tidak akan segan-segan untuk menyakitimu." Pria botak mengeluarkan senjatanya yang berupa pedang, dia menyeringai memandangku.

Aku menatap dia tidak takut sama sekali, "silahkan. Aku tidak takut." Tantangku.

Aku berkata seperti itu karena aku percaya dengan seseorang yang saat ini sedang bersamaku. Ranell.

Saat ini dia masih berada di bentuk kucingnya. Di bawah sana, tepat di samping kakiku, Ranell duduk diam memperhatikan, dia seakan-akan sedang menyaksikan apa yang akan aku lakukan kepada para bandit di depanku ini.

"Wah, aku menyukai keberanianmu." Seruan itu berasal dari seorang pria satunya yang memiliki kulit hitam. "Daripada kami menyakitimu, bagaimana kalau kau ikut saja dengan kami?"

Book Of The Black CityWhere stories live. Discover now