Empat Empat

56.3K 6.1K 398
                                    

Assalamu'alaikum
Hulawww
Happy Reading
.
.
.

8 Tahun  yang lalu

Di sebuah restoran ternama yang sudah disewa oleh seorang pengusaha sukses, terdapat sepasang suami istri beserta ketiga anaknya. Mereka mengadakan acara Dinner sekeluarga. Di depan mereka sudah terhidang banyak sekali makanan enak.

“Makasih, ayah.” Ucap seorang gadis dengan tersenyum manis.

Tangan sang ayah terulur mengusap lembut hijab yang membalut kepala gadis itu. “Sama-sama, ayah juga terima kasih karena kalian selalu ada meskipun ayah selalu sibuk di kantor.”

“Kita ngerti kok mas. Lagian kan mas cari nafkah buat kita semua.” Ucap sang istri pengertian, sang suami pun tersenyum lembut menatapnya.

Cup

“Mas!” Pekik tertahan sang istri membuat mereka tertawa melihat wajahnya yang memerah.

“Nih buat kamu.” Ucap seorang pemuda, anak sulung dari keluarga mereka. Ia memberikan sebagian  lauknya kepada adik perempuannya.

“Makasih, Bang Arfi!” Seru gadis itu, siapa lagi kalau bukan Alisha.

Arsha yang kebetulan melihat interaksi mereka pun merasa sedikit iri. Bukan, bukan karena makanannya, melainkan perhatiannya. Ia selalu berusaha menyingkirkan rasa irinya itu dengan kenyataan bahwa Alisha adalah anak perempuan satu-satunya. Namun tetap saja, perasaan iri selalu ada  ketika semua pusat perhatian keluarganya itu hanya tertuju kepada Alisha. Memang mereka juga memperhatikannya, tetapi  rasanya berbeda dengan perhatian yang mereka kasih untuk Alisha. Meskipun begitu, ia tetap menyayangi kakak perempuannya, Alisha.

“Buka mulutnya.” Perintah Alisha membuyarkan lamunan Arsha. Alisha mengerti dengan perasaan adiknya, tapi dia juga tidak bisa melakukan apapun. Sering sekali ia merasa bersalah kepada adik kembarnya itu.

“Buat kamu aja. Itu kan dari Bang Arfi buat kamu.” Tolak Arsha seraya menggelengkan kepalanya.

“Iya, tapi ini aku kasih lagi buat kamu.” Mau tidak mau Arsha pun menerima suapan dari Alisha. Mereka yang memperhatikan interaksinya pun dibuat tersenyum dengan perasaan yang berbeda-beda.

“Aku ke toilet.” Pamit Arsha meninggalkan mereka.

Alisha yang melihat itu pun segera menyusulnya. “Aku juga.”

Dapat Alisha lihat, Arsha berjalan menuju sebuah taman, bukan toilet. Di taman tersebut, Arsha mendudukan dirinya di sebuah kursi, ia menatap lurus bulan yang bersinar terang ditemani bintang-bintang.

“Shaka.” Alisha mendudukan dirinya di samping Arsha.

“Hm?” Tanya Arsha tanpa menolehkan kepalanya.

“Maaf.” Ucap Alisha penuh rasa bersalah dengan tangan yang saling bertaut.

“Ini udah biasa kok.” Tangan Arsha terulur menggenggam tangan Alisha. “Jangan minta maaf terus, kamu gak salah.”

“Tapi tetap aja.” Arsha tidak tahu harus merespon apa lagi.

“Shaka, boleh aku peluk kamu?”

Menolehkan kepalanya, Arsha menunjukkan senyuman manisnya. “Boleh.” Dengan cepat, Alisha pun langsung memeluk erat adiknya, entahlah dia merasa akan terjadi sesuatu.

“Shaka, aku sayang banget sama kamu. Aku gak mau jauh dari kamu, takut kangen nanti.” Ucap Alisha sedikit kekehan di akhir kalimat.

“Icha, aku merasa kita tidak akan bertemu lagi.” Kalimat tersebut meluncur dengan mudah dari bibir Arsha membuat Alisha mendongakan kepalanya menatap wajah adiknya.

ZAIDAN | my cool husbandOnde histórias criam vida. Descubra agora