Bagian 01

79 14 6
                                    

Aku selalu berpikir jika hidup di dunia ini sangat membosankan. Aku merasa jika hidupku tidak menyenangkan, lebih tepatnya untuk sekarang.

Sudah hampir dua tahun aku hidup dengan sangat tidak berguna, malas, dan tidak mempunyai gairah akan suatu hal.

Kau tahu, hidupku terasa sangat hampa. Aku tidak mempunyai pekerjaan, rasanya aku ingin kembali ke masa-masa sekolah.

Tanganku rasanya sudah tidak sanggup lagi untuk menulis surat lamaran, dan dompetku sudah tidak mau mengeluarkan uang lagi untuk memenuhi persyaratan.

Rasanya aku ingin menyerah soal pekerjaan.

Melihat orang lain yang berhasil, tentu saja aku merasa sangat iri. Aku selalu bertanya-tanya, mengapa nasib mereka sangat beruntung? Mengapa mereka begitu mudah untuk mendapatkan hal yang mereka inginkan?

Mengapa aku tidak?

Hidupku begitu sulit.

Hari-hariku dipenuhi oleh keputusasaan.

Sampai suatu ketika, aku diberi sebuah buku oleh temanku. Dia bilang buku itu untuk menghiburku dan mengisi hari-hari tidak bergunaku. Ya, dia memang sedikit kurang ajar, tapi tidak apa-apa, aku menerima buku yang ternyata merupakan sebuah buku novel fantasi dan petualangan yang diberikannya.

Aku membacanya selama semalaman, buku berjudul Black City itu memiliki 300 lebih halaman, namun aku tidak bisa berhenti membacanya karena menurutku isinya sangat menarik dan seru untuk diikuti.

Aku berhasil menamatkannya selama semalaman, dan saat membaca halaman terakhir aku di buat menangis amat brutal.

Aku tidak percaya jika di akhir buku itu  sang tokoh utama meninggal dengan sangat mengenaskan. Dia meninggalkan banyak orang setelah membuat begitu banyak kenangan.

Ah, sepertinya temanku ingin membuatku merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Mengapa coba dia memberikan cerita yang ending-nya tidak sesuai dengan yang aku harapkan?

Aku menyukai hal-hal yang berbau happy ending, aku tidak mau membaca sad ending karena hidupku saja sudah menyedihkan, aku tidak mau membaca cerita fiksi yang juga menyedihkan.

Fiksi itu untuk hiburan, jadi harus bisa membahagiakan.

Hah, aku tidak percaya pada akhirnya aku membacanya dan menangis karena buku itu.

Saat selesai membaca dan menangis sampai ketiduran, aku pun akhirnya terbangun ketika sebuah cahaya yang amat sangat terang mengganggu mataku.

Aku membuka mata, lalu mendapati pemandangan yang sangat asing dan aneh.

Ketika aku membuka mata, aku melihat sesosok pemuda yang wajahnya benar-benar berada tepat di depan mataku. Aku tentu saja mematung, bahkan aku seperti terbujur kaku kala melihat wajahnya yang amat sangat tampan namun terlihat cukup menakutkan.

Iris matanya berwarna keemasan, rambutnya berwarna kemerahan, dan beberapa helai rambutnya itu terjuntai ke atas dahi, dia memiliki bekas luka di pelipisnya, lalu...

Tunggu sebentar,

Mengapa aku merasa tidak asing dengan pendeskripsian itu?

"Ternyata masih hidup. Aku kira kau sudah tewas."

Pemuda itu bangkit, membuat pandanganku berubah menjadi menatap langit kelabu yang tertutupi ranting dan daun dari pepohonan.

"Apa yang terjadi? Aku ada dimana?"

Aku jelas saja bertanya-tanya, pasalnya biasanya ketika aku membuka mataku, pemandangan yang aku lihat pertama kali adalah atap kamar berwarna putih yang sangat membosankan. Namun kali ini... sejak kapan atapku berubah menjadi sela-sela pepohonan?

Book Of The Black CityDove le storie prendono vita. Scoprilo ora