006. javier dan perasaan anehnya

Start from the beginning
                                        

sonya:
lo amankan?

haura:
aman.

Haura menyelusupkan wajahnya ke bantal, dia menangis lagi kali ini agak kencang. Sejak dua tahun terakhir akibat pertengkaran itu, Haura gak pernah ketemu apalagi kontakan sama Hamka.

mas hamka:
saya cuma mau nyuruh kamu pulang.
ada yang mau saya jelasin.

Entah apa lagi yang kakaknya mau bicarakan sampai menyuruhnya pulang. Bahkan laki-laki itu gak pernah memperdulikan Haura layaknya seorang kakak pada adik. Gimana juga dia bisa tahu kosan Haura? Ah, dia lupa, gak ada yang gak mungkin bagi Hamka Adhisa Battari itu.

Selama ini Haura gak pernah merepotkan mereka. Dia berdiri sendiri dengan kakinya, kelulusan saat SMA saja dia gak didampingi siapapun. Dia sendirian dengan senyum sedih sambil pakai kebaya. Meskipun ada Juna, Enggar, Sonya dan Selfa. Masuk kuliah sendiri, daftar beasiswa walau gagal. Haura menghidupi dirinya dengan tangannya sendiri.

Sampai Haura sebesar ini dia gak pernah tahu apa alasan kedua orang tuanya berpisah. Waktu itu, Haura masih duduk di bangku kelas tujuh dan Hamka kuliah. Haura sama Hamka bedanya tujuh tahun. Tiba-tiba saja, orang tuanya gak pernah lagi satu rumah. Gak ada yang menjelaskan, Mama Papanya cuma bilang, "Dinas di luar kota." Hamka juga sama, dia gak pernah pulang.

Haura cuma diurus sama pembantu rumah tangga yang mengurusnya sejak kecil dan seorang supir. Haura cuma dikirim uang oleh kedua orang tuanya, tapi cuma sampai kelas dua SMA aja. Jujur saja, terakhir bertemu orang tuanya saat Haura kelas tiga SMP, itu juga hanya ibunya yang buru-buru mengemas barang.

Dulu Haura selalu punya harapan kecil untuk keluarganya. Kembali lagi kayak dulu, yang tiap hari makan bersama di ruang makan dengan masakan Mama. Tiap akhir pekan selalu makan di warung pecel lele Bang Made, ke Dufan, kebun binatang, kemanapun selalu seperti itu.

Tapi nyatanya gak, gak pernah lagi ada harapan atau celah walau tersisa sedikit. Dia tahu, semuanya gak lagi sama kayak dulu. Semuanya berubah, Haura sekarang hanya hidup untuk dirinya sendiri.

Haura sebenarnya sudah gak mau ketemu lagi Hamka. Dia gak apa-apa kalau mesti lost contact sama laki-laki itu. Haura masih ingat jelas gimana terakhir dia ketemu Hamka, jelas dengan keadaan yang gak baik.

Flashback.

2 tahun lalu.

Haura lagi makan di ruang makan sama Bi Ina. Sehabis pulang dari sekolah, dia juga masih pakai seragam putih abu-abunya. Suara pintu terbuka dari depan membuat Haura mengerjap, Bi Ina ikut menghentikan kegiatannya.

"Siapa ya, Bi?" Tanya Haura.

"Pak Bambang kali, Neng." Jawab Bi Ina tapi dia gak yakin.

"Pak Bambang kan lagi bersihin kolam." Ujar Haura membuat Bi Ina melotot. "Oh iya ya, bentar di liat dulu."

Sebelum Bi Ina beranjak dari sana, Laki-laki bertubuh tinggi dengan tatapan tenang namun mengintimidasi datang. Haura terdiam sejenak, mencerna apa yang dilihatnya. Dia juga meletakan sendok dan garpu.

"Mas Hamka.."lirihnya. Air matanya tak kuasa membendung, dia menangis akhirnya melihat lagi sang Kakak setelah lima tahun.

Laki-laki bernama Hamka itu terlihat sehat dan baik-baik saja, rambutnya yang dulu berantakan kini terlihat klimis juga dengan setelan formal seperti orang kantoran. Bi Ina juga tak kuasa dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Earned It ; Jake Shim ✔️ (On Revision)Where stories live. Discover now