[ Part 45 ] Hancurnya Genan

Start from the beginning
                                    

Nara menepis kasar jari Genan yang menghapus air matanya, "gue bilang pergi! Gue muak lihat lo!"

"Gu-gue nggak akan pergi sebelum lo maafin gue, Ra," lirihnya.

"NARA!"

Mereka kompak menoleh mendengar teriakan itu. Seorang pria dengan setelah jas rapi berjalan menghampiri dengan langkah tegap dan tatapan penuh emosi. Bahkan dalam jarak yang masih cukup jauh, mereka bisa merasakan aura kemarahan dari lelaki itu.

"Ka-kakak," lirihnya menatap Deynal, lalu berhambur ke pelukannya.

Deynal mengusap lembut punggung adiknya yang bergetar. Sedangkan tatapan tajamnya tertuju pada Genan. Deynal datang ke sini dengan panik saat Emy menelponnya tadi.

Pelukan mereka pun lepas. Nara langsung berhambur ke pelukan Emy. Sedangkan Deynal menghampiri Genan dan tanpa aba-aba memberikan banyak pukulan padanya. Tak peduli jika wajah Genan sebenarnya sudah kacau dipenuhi banyak luka memar.

Bugh! Bugh! Bugh!

"Bangsat! Mau apa lo ke sini!?" bentak Deynal dengan napas memburu.

Genan yang sudah jatuh dengan sisa tenaga yang tersisa ia menyeret tubuhnya dan bersimpuh di bawah kaki Deynal. Cowok itu mendongak, membuat darah akibat pukulan yang diberi Deynal kini mengalir dari hidungnya. Mata sendunya menatap mohon pada Deynal walau hanya dibalas tatapan tajam.

"K-kak, Dey ... maaf. Gue mohon sa-"

Bugh!

Lagi - lagi Genan tersungkur saat mendapat pukulan keras pada rahangya yang tirus. Dia menyeka darahnya lalu mendekat lagi pada Deynal dan memohon. Tapi justru ia mendapat tendangan keras dari kakak Nara itu.

Dak!

"Hal brengsek yang pernah lo lakuin ke Nara nggak bisa dengan mudah dimaafin! Nara sendiri udah muak dengan lo, untuk apa lo masih di sini hah!?" sentaknya.

"Gu-gue nggak akan pergi sebelum Nara maafin gue," balasnya tersendat.

"Okey! Kalau gitu gue sendiri yang bakal buat lo pergi dari sini," seringainya.

Bugh! Bugh! Dak!

Deynal tak henti-hentinya memukul dan menendang Genan. Bahkan Nara sampai dibuat memekik kaget. Sementara Genan tak melawan. Cowok itu meringkuk menerima setiap pukulan yang membuat tubuhnya semakin remuk. Sesekali ia meringis menahan sakit, tapi tetap tak ada niatan untuk melawan. Karena ia sendiri tahu hal ini akan terjadi. Dan ia merasa pantas mendapatkannya.

"Pergi sekarang sebelum gue bikin lo cacat seumur hidup!" bentak Deynal setelah mendaratkan satu tendangan keras.

Dengan kepala yang semakin pening dan tubuh yang remuk, Genan masih menggeleng lemah. Sudah ia katakan ia takkan pergi sebelum mendapat maaf.

Karena kesal, Deynal memanggil penjaga. Dua penjaga itu pun menarik Genan dan menyeretnya dengan kasar. Genan berontak, tapi tenaganya tak cukup dan pada akhirnya dia benar-benar menghilang diseret oleh dua penjaga itu.

Deynal menyugar rambutnya yang berkeringat. Pria itu terlihat mengatur napasnya yang memburu sebelum menoleh ke Nara. Dengan sigap ia memeluk adiknya itu. Ia yakin pasti Nara shock dengan kejadian ini.

Mereka pun masuk kembali. Emy pergi ke dapur untuk membuatkan teh agar majikannya itu sedikit tenang. Sedangkan Deynal masih menenangkan Nara yang masih menangis.

"Jangan nangis lagi. Cowok brengsek itu nggak pantes lo tangisin, Ra," ujaranya seraya menyeka air mata Nara.

Nara terdiam, perempuan itu menghela napas dan menyeka air matanya. Setelah merasa sedikit tenang ia berdiri dan berjalan ke arah balkon. Saat melihat ke bawah, kebetulan ia melihat Genan yang berjalan membelakanginya. Langkahnya terlihat lesu dan tertatih.

Silence Of Tears (TERBIT) Where stories live. Discover now