[ Part 30 ] Kembali

61.7K 6.3K 849
                                    

Helo🌚. Kalian ngerti emot ini kan? 🌚

Happy 55K++ reads yeeyy🎉

Spill darimana kalian bisa dapet cerita ini. Jawab dong👉

Koreksi kalo ada typo 🙏

|🌹HAPPY READING🌹|
.
.

Gadis yang sudah lengkap dengan seragamnya itu menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menata rambutnya dan memberi polesan liptint pada bibir tipisnya. Setelahnya ia keluar kamar, dan pandangannya langsung tertuju ke meja pantry di mana Nara tengah membuat roti bakar di sana.

"Morning," sapanya seraya mengambil roti bakar yang sudah siap.

"Punya gue!" sorak Nara.

Mauren yang sudah terlanjur memakannya memasang wajah sendu. "Gue kan mau sekolah, Ra. Gapapa kali. Biasanya juga gue yang masak buat lo."

"Iya, bawel," dengus Nara lanjut dengan kegiatannya.

Sudah terhitung satu minggu Mauren menginap di vila bersama Nara. Katanya dia malas pulang dan bolak-balik ke sini karena jaraknya jauh. Jadi dia memilih menginap di sini setelah mendapat izin dari Kenzo dan mamahnya. Lagipula dengan adanya dia, Nara jadi punya teman. Iya, kan? 

Mauren meneguk susu putih yang dibuat Nara. "Asal lo tahu, Ra," Mauren kembali menggigit rotinya dan mengunyahnya pelan, "masa baru kemarin," dia kembali mengunyah dan tanpa disadari Nara benar-benar merasa jengkel melihatnya. Kenapa tidak langsung mengatakannya saja!?

"Kalo makan, ya, makan! Kalo ngomong, ngomong! Jangan makan sambil ngomong!" teriak Nara karena kesal.

Wajah Nara tampak berubah dingin karena jengkel. Mungkin karena hormon kehamilannya membuat emosinya tidak stabil.

"Lo kalo ngamok serem, hehe," kikuk Mauren seraya menelan makanannya susah payah.

"Oke gue ulang. Masa baru kemarin gue tahu kalo Genan punya kembaran!"

Ucapan Mauren seketika membuat Nara menatap gadis itu. Mauren tahu Genan?

"Genan temen SMP gue," balasnya seolah tahu apa yang ingin ditanyakan Nara.

"Yaudah gue berangkat dulu ya. Kalo ada apa-apa telpon gue atau Bang Kenzo," pungkas Mauren kemudian beranjak keluar.

"Hati-hati."

Mauren mengacungkan jempolnya ke atas tanpa menoleh ke belakang.

Setelah kepergian gadis itu Nara pun menyantap sarapannya. Sesekali pandangannya mengedar ke sekeliling ruangan itu yang tampak hampa dan sepi. Nara bertanya-tanya, kapan hidupnya dipenuhi canda tawa dan kebahagiaan? Mengapa setiap harinya dia selalu merasa sepi? Tak ada kehangatan dan semuanya terasa hampa.

Selesai dengan sarapannya Nara memutuskan untuk beranjak. Namun belum sempat dia melakukan hal itu mendadak perutnya terasa nyeri lagi. Gadis itu meringis sakit dengan tangan mencengkram perutnya. Pikirannya terus berkelana, kenapa akhir-akhir perutnya sering terasa sakit?

"Shh awh ...."

"Akh! Ke-kenapa sa-kit banget?" rintihnya. Nara sampai terduduk lemas dengan keringat dingin yang mulai mengucur di pelipisnya.

Tanpa disadari buliran bening meluruh dari kedua matanya. Nara menangis menahan rasa sakit. Bibirnya tampak pucat, wajahnya kian menjadi pucat pasi. Pikiran negatif yang berhubungan calon anaknya mulai bermunculan pada benaknya.

Silence Of Tears (TERBIT) Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα