[ Part 17 ] Hasrat Membunuh

65.2K 5.8K 418
                                    

Hai... selamat malam. Btw aku ganti cover lagi. Kece banget nggak seeh😭.

Anyway, makasih atas 2k nya 🎉

Di part ini Genan bener-bener asdfghkl arggh 😱.

MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN KEKERASAN!!!

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.


"Lo pikir gue nggak tahu rahasia yang selama ini lo tutupin?"

Cowok berjaket hitam dengan rambut urakan itu maju satu langkah, menyentak bahu Genan dengan telunjuknya. "Pembunuh!" tekannya.

Hal itu adalah alasan logis mengapa Kevan sangat takut terhadap ucapan Genan yang akan membantai Zervanos. Genan itu kadang bisa bersikap tenang, tapi juga bisa berubah menjadi iblis kejam yang tak segan menghabisi nyawa siapapun.

Genan mengepalkan tangannya erat, matanya sudah memerah menahan amarah. Tatapan itu kian menajam, menusuk pada netra Kevan. Dan detik berikutnya sebuah pukulan berhasil menghantam tepat pada rahang sang kembaran hingga membuatnya tumbang seketika.

BUGH!

BUGH!

DAK!

Genan menghantamkan pukulan membabi buta pada Kevan. Walau Kevan sudah tersungkur akibat serangan pertamanya yang mendadak. Cowok itu terlihat benar-benar murka. Tak peduli akan nasib Kevan yang kini tersungkur tak berdaya, Genan tetap menghantamkan pukulan, tak memberi kesempatan pada Kevan untuk melawan.

BUGH! BUGH! BUGH!

"IYA! GUE PSIKOPAT! GUE PEMBUNUH! DAN LO YANG AKAN JADI KORBAN GUE MALAM INI, KEVAN!"

Sungguh malam ini Genan benar-benar hilang kendali. Hasrat untuk membunuh benar-benar tak bisa ia control. Walau itu pada kembarannya sekalipun. Apalagi ia sudah lama tak melakukan hal yang amat menyenangkan baginya itu. Membunuh.

Genan menarik kerah baju Kevan, membuat cowok yang mulanya tersungkur kini berdiri dengan kondisi yang benar-benar kacau. Wajah tampannya sudah dipenuhi luka memar. Sudut bibir dan hidungnya mengalir darah, tatapannya terlihat sayu. Sungguh, Genan bahagia melihat kondisi Kevan seperti itu.

Dirematnya kerah jaket Kevan hingga membuatnya merasa tercekik. "Lo main-main sama gue, nyawa lo taruhannya," seringainya.

BUGH!

Dengan sisa tenaganya, Kevan berhasil meloloskan satu pukulan pada rahang Genan, membuat cowok itu seketika mundur beberapa langkah. Genan menyeka darah di ujung bibirnya. Lantas tersenyum miring, memandang remeh pada Kevan.

"Ayo, lawan gue bangsat!" sorak Genan. "Jangan lupa lo kali ini berhadapan sama siapa, Kev," seringainya.

BUGH BUGH

Lagi. Kevan menghantamkan pukulan pada Genan. Bukannya kesakitan Genan malah tertawa. Mengingat kondisi kembarannya yang sudah kacau dan kehabisan energi, bagi Genan pukulan Kevan tak ada apa-apanya.

"L-lo bunuh gue, berarti s-sama aja lo nyakitin ma-mah," rintih Kevan seraya menahan rasa sakit.

Kening Genan mengernyit membuat kedua alis tajamnya saling bertaut.

"Ka-kalo, uhuk, gu-gue mati, Mamah yang akan merasa paling ha-hancur," imbuhnya. "M-mamah nggak akan sudi ngakuin pembunuh kayak lo sebagai a-anaknya."

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang