34. Something To Hide.

254 13 0
                                    

***

Davina baru saja menuruni tangga ketika dilihatnya punggung lebar Greg menghilang di balik pintu keluar dari rumah. Langkahnya pun terhenti. Tangannya meremas kayu pegangan tangga, merasakan kilatan sakit di hatinya. Matanya mulai memanas namun cepat ia menguasai diri, mendongak menatap langit-langit, seraya menghela nafas dalam-dalam meredakan perasaan sesak di dadanya.

Apa Greg memang sudah berubah? Teringat percakapan mereka waktu pertama kali ia menginjakkan kaki di mansion Smith.

Setelah kembali tenang, Davina melanjutkan langkahnya menuju dapur. Tampak Elena tengah duduk menyiangi daun buah ceri di keranjang. Saat melihat Davina, matanya seolah terkejut.

"Ah, apa kau mau sarapan?" serunya seraya bangkit dari kursi hendak menyiapkan makanan.

Davina tersenyum, "Tak apa, Elena! Aku bisa sarapan di kantor nanti!" katanya sambil duduk di kursi.

Elena kembali duduk dengan wajah penuh sesal.
"Maaf, kukira ... kalian ..." Elena menarik nafas panjang, "Greg bahkan tidak menyentuh makanan sedikitpun, dan kau terlihat murung, jadi ..." hembusnya pelan.

"Aku tahu, maafkan kami, Elena," kata Davina menyentuh tangan Elena dengan lembut, "mungkin untuk beberapa hari ke depan kau tidak usah membuat sarapan untuk kami." lanjutnya setengah bercanda.

Elena menatapnya seraya tersenyum iba, ia membalas genggaman tangan Davina.
"Maafkan dia, tolong," ucapnya.

Davina terdiam, tapi lalu bibirnya tertarik berlawanan, tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Mungkin ia terlalu memikirkan Liberty," ucap Davina pelan.

Elena bangkit berdiri, "Kau harus sarapan dulu, aku merasa tidak berguna jika kalian tidak makan apapun yang ada di rumah ini!" tukasnya, dan memberi isyarat agar Davina tetap diam di kursinya ketika wanita itu hendak bangkit. Davina pun kemudian hanya bisa tersenyum mengalah.

"Bolehkah ... aku meminta salad ayam, Elena?" tanya Davina agak ragu.

Elena menoleh heran, "Salad ayam? Apa kau mau itu?" tanyanya.

Davina mengangguk, "Jika tidak merepotkan, aku mungkin ingin membawa bekal ke kantor." ujarnya mengulas senyum lebar.

Elena termangu dengan senyum heran di wajahnya, meski demikian wanita setengah baya itu segera bekerja menyiapkan pesanana Davina.

"Beruntung aku masih menyimpan ayam panggang lezat yang semalam terabaikan oleh kalian!" sindirnya.

Davina terkekeh, "Baiklah, beri aku ayam yang banyak, sepertinya aku lapar hari ini!" balasnya riang. Sejenak melupakan perasaan sedih di hatinya.

Elena mengangguk tersenyum mengiyakan. Ia kembali berbalik berkutat dengan sayuran, menahan air mata yang mendesak ingin keluar.

Davina tak sepenuhnya bersalah soal Liberty, karena ia juga adalah orang baru dalam keluarga ini. Liberty sudah mulai liar sejak kematian Regina, dan kesibukan Greg membuat perhatiannya berkurang. Mungkin dengan melihat orang baru yang dia anggap akan menggantikan posisi ibunya, ia belum bisa menerima itu semua. Menganggap Davina akan mencuri semua hal penting dalam hidupnya termasuk perhatian Greg.

Elena menghela nafas dalam-dalam. Ia juga tak bisa menyudutkan Liberty, bagaimanapun gadis itu dalam masa-masa sulit di usia yang masih remaja dan labil.

Elena tersentak saat mendengar suara pekik tertahan, ia berbalik dan melihat Davina tengah membekap mulutnya. Tak sempat bertanya, wanita muda itu sudah berlari menuju kamar mandi tamu yang ada di bawah tangga. Dan Elena tertegun ketika mendengar Davina muntah. Tangannya yang sedang mengaduk sayuran pun terhenti.

Being Your MamaWhere stories live. Discover now