2. Holy Powder.

979 58 1
                                    

***

"Apa maksudnya itu?" ucap Greg dengan suaranya yang dalam, pria itu beranjak bangun dan mengekang kedua tangan Davina di kedua sisi wanita itu.

Davina sendiri mengerjap kaget dengan apa yang dilakukan oleh Greg. Ada perasaan gentar menghinggapinya ketika melihat kilatan dingin menusuk di mata Greg yang berada di atasnya.

Namun cepat ditepisnya perasaan takutnya, kemudian menarik bibirnya untuk tersenyum.
"Maksudku, aku takut pernikahan justru akan membuatmu berubah, Greg." kata Davina tetap terlihat tenang.

Raut tajam di wajah Greg berubah mendengarnya, sorot matanya pun meredup. Perlahan Greg melepas kedua tangan Davina, berganti menurunkan tubuhnya dan memeluk wanita itu. Merebahkan kepalanya di dada Davina, seperti anak kecil yang tak ingin berpisah dengan ibunya.

"Maaf, aku kira ... aku, maafkan aku!" kata Greg terbata seraya memeluk Davina erat.

Diam-diam Davina menarik nafas lega. Nyaris saja ia menyulut emosi laki-laki itu.

"Aku tidak akan berubah, Sayang! Sungguh!" ucap Greg, lalu mengangkat wajahnya, mendongak menatap Davina.

"Aku hanya terlalu takut kehilanganmu!" tegasnya dengan suara pelan.

Greg bergeser naik, menarik kepala Davina untuk tidur di lengannya. Diciumnya kening Davina dengan lembut.
"Aku merasa bersalah atas apa yang dilakukan Liberty tadi, aku harap itu tidak membuatmu berubah pikiran, Davina." ucap Greg membelai wajah Davina dengan ujung jarinya.

Davina tersenyum, disentuhnya tangan Greg di wajahnya.
"Aku mengerti Liberty tidak akan begitu saja menerimaku sebagai ibu sambungnya, terlebih dia masih remaja yang masih, maaf! Bisa dibilang, dia masih labil dalam mengambil keputusan atau melihat dari sudut pandang yang buruk," tutur Davina, Greg tertawa kecil mendengarkan.

"Ibu sambung selalu memberikan kesan yang buruk di awal cerita, selalu seperti itu, bukan begitu?"

Greg mengangguk membenarkan, paham dengan apa yang dikatakan oleh Davina, mengingat jika wanita itu pun pernah mengalami situasi seperti ini.

"Ya, semoga kau bisa bersabar menghadapi anak itu," ucap Greg seraya memainkan rambut Davina, "dia menjadi pembangkang sejak kematian Regina." lanjutnya menghela nafas berat.

Davina terdiam.

Yang dikatakan Greg mungkin saja benar. Anak perempuan yang dekat dengan ibunya, akan sulit menerima orang lain karena merasa tidak ada yang bisa menyayangi seperti ibu kandungnya. Terlebih, Greg juga jarang berada di rumah karena posisinya sebagai CEO di perusahaan, mengharuskan dia selalu bepergian ke luar negeri. Dan jadilah, Liberty dimanjakan dengan uang dan fasilitas mewah lainnya tanpa ada yang membimbing.

"Maaf aku membahas Regina disaat seperti ini!" ucap Greg melihat Davina termenung.

Davina menggeleng, "tidak! Aku hanya memikirkan Liberty hidup sendirian sejak Regina tidak ada," ucapnya, membuat pupil mata Greg sontak melebar, sepertinya itu sedikit membuatnya tersadar.

Davina tersenyum, membelai rahang Greg.
"Aku mengerti jika kau bekerja keras untuknya, namun kau juga melihat segalanya akan mudah dengan uang, hingga dia akhirnya tumbuh dengan hati yang membeku, dan arogan." lanjut Davina lagi.

Greg terpejam, rahangnya mengeras. Lalu ketika mata birunya terbuka, dia tampak berkaca-kaca.
"Ya, aku terlalu berambisi dan berpikir Liberty akan terjamin hidupnya dengan aku memenuhi segala keinginannya," Greg memegang tangan Davina, menatap wanita itu dengan sedih.

"Aku salah!" bisiknya lirih.

Davina cepat menyentuh wajah Greg, "tidak, Sayang! Kau tidak salah! Semua ayah ingin yang terbaik untuk anaknya!" tukasnya.

Being Your MamaWhere stories live. Discover now