17. You Are Mine, and I Am Yours.

591 32 0
                                    

***

Liberty memusatkan perhatian sepenuhnya untuk belajar. Di sekolah baru ini, dia tak berminat untuk membuka pertemanan dengan siapapun. Claire masih dirawat dan menjalani terapi psikis karena mengalami trauma. Dan baginya, sahabat satu-satunya hanyalah Claire.

Setelah mengikuti kelas Matematika, berikutnya adalah kelas Kimia. Liberty baru saja menutup pintu lokernya, ketika berbalik ia langsung terperanjat kaget saat mendapati ada orang lain tepat di hadapannya. Seorang siswa berwajah tampan dengan jaket baseball, tersenyum kepadanya.

"Hai!" sapanya.

"Halo," balas Liberty menahan nafas, pemuda itu berdiri terlalu dekat baginya, membuatnya kembali mundur dan tertahan di loker.

"Apa kau anak baru?" tanyanya, "aku Derek Hale," lanjutnya tanpa menunggu jawaban dari Liberty, tangannya terulur mengajak berkenalan.

Liberty menerima jabatan tangannya dengan canggung, ia baru saja hendak menyebutkan namanya, namun Derek menarik tangannya, membuat Liberty terjerembab dan hampir menabrak tubuh Derek jika saja tangannya tidak sigap menahan tubuh pemuda itu. Menyisakan jarak hanya beberapa senti, dan Derek seolah ingin menciumnya.

"Aku tahu namamu, Liberty!" bisik Derek di telinga Liberty, menghembuskan nafas hangatnya di sana.

"Lepaskan!" geram Liberty.

"Kau bisa menjadi bintang sekolah jika menjadi pacarku, Sayang," ucap Derek, matanya menelusuri tubuh Liberty, dan terhenti di dada.

Liberty mendengus, "Rupanya kau pecundang yang membutuhkan namaku sebagai batu lompatan," ejeknya tersenyum miring, membuat mata Derek mendelik mendengarnya, "apa di sekolah ini tidak ada cukup gadis cantik untuk kau rayu?!" tambahnya mengerling sinis.

Derek tampak sedikit terkejut dengan reaksi Liberty, tapi kemudian ia kembali tersenyum. "Aku mengincar gadis yang tepat rupanya!" selorohnya.

Liberty tak menjawab lagi, ia berusaha mendorong Derek tanpa membuat keributan. Meski saat ini para siswa lain sudah saling berbisik melihat ke arahnya.

Derek menunduk, mencoba mencium Liberty. Namun kemudian ...

PLAK!

Lorong sekolah seketika hening. Para siswa seolah membeku melihat apa yang baru saja terjadi di depan mereka.

Derek Hale, si kapten tim Lacrosse populer yang sombong, ditampar oleh seorang murid baru. Di hadapan mereka semua.

Seorang murid mengambil momen itu dengan kamera ponselnya.

Derek mengeratkan rahangnya, matanya berkilat marah begitu kembali menoleh kepada Liberty.

"Kau ...!"

"Enyah!" ucap Liberty dengan suara dingin. Matanya membalas tatapan Derek tanpa gentar.

Derek mengulas senyum licik, ia semakin maju, memaksa untuk mencium Liberty, namun kemudian tubuhnya ditarik menjauh oleh seseorang. Membuatnya terjengkang lalu terhempas di lantai dengan keras.

"Brengsek! Siapa kau?!" teriaknya berang.

Liberty membuka matanya lebar-lebar, melihat siapa orang yang tengah berdiri membelakanginya.

"Kau tidak apa-apa?" Mori memutar tubuhnya pada Liberty.

"I-iya ..." jawab Liberty masih kaget. Tak menyangka jika Mori akan muncul di sini.

Mori tersenyum, "Syukurlah!"

"HEI!"

Mori berbalik, sebuah kepalan tangan datang tepat ke wajahnya, namun kemampuan bela dirinya lebih gesit, sehingga bisa menghindar. Membuat Derek beralih meninju pintu loker. Pemuda itu meringis menahan sakit, wajahnya semakin merah padam menahan marah.

Being Your MamaWhere stories live. Discover now