haurabattari:
gw gak ada duit anjirrrr..
gw kemarin lembur di audit
dihukum, jadi gak kerja
selfatasya_:
oiya lu miskin
haurabattari:
sialan lu.
Setelahnya dia menyimpan ponselnya di ransel paling bawah. Sebenarnya kan gak boleh bawa handphone ya, emang dasarnya Haura aja bengal. Dia akhirnya diam dan meniup poninya yang mulai panjang. Soalnya kalau keluar sekarang bisa-bisa dia disuruh baris di lapangan. Udah capek-capek bersihin ruangan, terus dijemur pula. Seret nih, aus.
Haura memang bukan orang yang pendiam, dia lebih cenderung menempatkan dirinya mau seperti apa. Jadi, sifat dia yang asli hanya dia yang tahu gimana. Saat sendirian kayak gini, pikirannya selalu bercabang. Haura gak suka sendirian, dia harus setidaknya ada satu orang yang menemani.
Karena kalau dibiarkan sendiri seperti ini, dia selalu ingat perceraian kedua orang tuanya. She's always hate this.
They didn't know about who's Haura?.
Gak ada yang benar-benar tahu cewek itu gimana. Semuanya gak ke tebak. Cewek ini rumit dengan segala perasaannya.
Hal kecil yang banyak orang lakukan, seperti bilang maaf, tolong dan terima kasih, dia enggan untuk mengucapkannya. Kecuali karena dia emang melakukan kesalahan. Itu karena dia gak pernah dengar dari orang lain, ketika dia sudah membantu mereka. Atau mereka punya salah sama Haura, gak pernah meminta maaf.
Bahkan kedua orang tuanya pun, gak ada kata maaf dan penjelasan apa yang mengharuskan mereka berpisah. Sampai sekarang ini. Dia hanya hidup sendirian, meski dia sebenarnya punya Kakak laki-laki. Tapi karena satu dan lain hal dia enggan menghubungi laki-laki itu. Makanya dia kerja paruh waktu di Kak Odi–Kakak kelasnya dia waktu SMP.
Brak!
Haura terkejut ketika pintu ruangan UKM terbuka dengan keras. Menampilkan wajah garang Sam sambil berkacak pinggang.
"Kenapa malah duduk-duduk? Kalau sudah selesai balik sana ke lapangan! Enak aja kamu disini, lihat teman-teman kamu kepanasan. Egois banget kamu jadi orang!"
Haura berdiri sambil membereskan ranselnya, "Iya senior!" Claire membungkukkan badannya.
"Sana balik!"
Dengan langkah gontai Haura langsung keluar dari ruangan. Sebenarnya sepuluh menit lagi juga istirahat. Karena ke lapangan memakan waktu yang sama seperti ke kantin, dia lebih milih ke kantin daripada balik ke lapangan.
Jadilah dia disini. Sudah dia duga seluruh maba teknik maupun seniornya sudah ada di kantin. Cewek itu langsung pergi menuju stand tukang batagor khas Bandung.
"Mas, beli setengah porsi ya. Jangan pake kentang sama tahu, kecapnya jangan terlalu meleber. Pake sambel sama bawang yang banyak, Mas."
"Siap, Neng!"
"Lah lo?!" Ternyata si Juna. Mukanya merah soalnya abis dipanggang sama senior di lapang.
"Anjir kaget gue." Haura terkejut. "Mana Enggar sama Sonya?"
"Noh," Juno menunjuk meja mereka, meja paling ujung dipojok kantin. "Kemana lo tadi gak ada di lapangan?"
"Hehehe."
"Dih jawab ege, darimana malah haha hehe."
"Gue kan abis nuntasin hukuman senior anjir. Bersihin ruang UKM, tadi pagi udah dijegat aja sama senior di depan fakultas."
"Neng batagornya," Haura menerima piring itu, "Iya makasih."
Keduanya jalan beriringan menuju tempat mereka akan makan. Sonya sama Enggar lagi ngomongin film yang semalam ditonton rame-rame sama anak kost. Haura gak ikutan sih, dia kan baliknya telat. Pas udah sampe sana, mereka udah pada tepar di ruang tengah.
Haura, Juna, Sonya, Enggar sama Selfa mereka gak kost di kost-kostan gitu. Mereka sewa rumah yang lumayan besar buat rame-rame. Cowoknya emang cuma Juna sama Enggar. Biayanya bareng-bareng, itu lebih hemat dan efektif sih.
"Kata gue sih biasa aja, gak serem banget kayak the conjuring satu." Ujar Sonya pada Enggar.
"Ngomongin apa sih?" Haura gabung dan mulai mengaduk batagornya.
"Lah darimana lo, Ra?" Tanya Enggar.
"Madol ya lo gak ikut ospek?" Tuduh Sonya.
"Enak aja! Gue abis nuntasin hukuman kemarin."
"Oh iya ya. Enak lo anjir gak dijemur panas-panas. Abis ini mah masuk ke audit lagi." Kata Enggar.
"Tapi gue kan tetep kurang tidur, kemarin balik jam dua belas.."
Enggar manggut-manggut.
"Lu sih make nyautin senior segala. Jadi kena kan!" Sahut Sonya.
"Eh ini gue belain lo pada ya! Kalian semua gak belain gue!"
"Abisnya gue takut, Ra, sama senior." Enggar mengerucutkan bibirnya.
"Yeuuuu masuk teknik tapi mental lo mental kerupuk. Balik sana ke paud!" Haura menoyor kepala laki-laki itu dengan telunjuk.
"Ya gimana anjir gue kemarin mau bantuin lo di audit, diusir Kak Javier!" Juna ikut menimpali sambil membuka kemasan plastik kerupuk melinjo, soalnya dia lagi makan soto.
"Emang rese tuh si Javier! Lagaknya sok iye!" Haura menggerutu sebal. Lantas tangannya ditepuk agak keras sama Sonya, "Jangan kencang-kencang anjir ngomongnya!"
"Emang ada apaan sih? Lo kayaknya sawan banget sama Kak Javier?" Tanya Juna.
"Kemarin tuh gue dianter balik sama dia.."
"..." Hening, semuanya melongo gak ada yang jawab sama sekali.
"Maksud lo?" Tanya Juna. Haura menghela nafasnya dengan berat.
"Kemarin pas jam setengah sebelas gue kan masih beresin audit ya, dia datang tuh eh tau-tau dia malah duduk sambil nyebat. Gue bodo amat ya, terus pas udah beres dia malah nyuruh gue pulang. Karena ya udah malem juga kan. Tadinya gue fine-fine aja kalo disuruh bersihin ruang UKM malem itu juga. Eh dia maksa nyuruh pulang."
"Terus? Hubungannya apaan?" Tanya Enggar.
"Ya udah kan gue balik, dia maksa pengen anterin. Padahal tadinya gue mau nelpon Juna, terus dia nawarin makan sama gue. Gue bilang gue gak laper, tapi dia maksa lagi anjir. Karena gue gak mau makan, dia beliin gue kue pancong. Terus ya udah deh."
"Eh pas pagi-pagi gue ditahan nih sama Kak Adista di gerbang fakultas. Gue dimarahin Kak Sam juga dia ngira gue lepas tanggung jawab dari hukuman. Si Javier itu tuh ya biang keladinya. Gak belain gue sama sekali, cuma masang wajah kemenangan aja pas gue diomelin Kak Sam."
Ketiganya sontak tertawa.
"Apaan lu pada malah ketawa anjir!!"
"Lagian lucu anjir!" Kata Enggar, Haura menggeleng gak ngerti. "Lucu dari mananya sih tolol???"
"Itu mah emang iseng aja ngerjain lu." Kata Juna.
"Ya mana mungkin lah lo dibelain, masih masa ospek kali! Senior kan sifatnya ada dua." Ujar Sonya.
"Bener sih, hahahaha. Ada-ada aja idup lu, Ra!"
"Ah pokoknya Javier tai!"
"Siapa yang lo katain tai?"
Mampus deh, abis keluar dari lubang buaya Haura masuk kandang harimau.
***
To be continued.
Vote sama komennya jangan lupa, lopyu.
أنت تقرأ
Earned It ; Jake Shim ✔️ (On Revision)
أدب المراهقين[end] ❝loving people who don't even love themselves.❞ ©2022, asaheerin.༉‧₊˚✧ Warn: 18+, harsh words, talk about mental illness All pictures credit by, Pinterest
003. javier biang keladinya
ابدأ من البداية
