36|Sengsara

2.2K 348 108
                                    

Sampai di rumah, hati Taehyung mendadak resah. Entah kenapa, otaknya kembali mengulang memori menyebalkan, dimana Jisoo menyuapi si Jeon, mereka berpegangan tangan, sampai istrinya mengupaskan buah untuk pemuda itu. Huh, tolong berikan Taehyung sebuah ide, untuk mengikat Jisoo di rumah saja seharian besok, lusa, bahkan di hari-hari berikutnya, tanpa memberikan celah pada wanita itu untuk bertemu dengan si Jeon menyebalkan itu lagi.

Hari ini emosi Taehyung benar-benar diuji melihat kedekatan sepasang sahabat tersebut. Oh, apa sebelum ini Jisoo dan Jungkook memang selalu dekat seperti itu?! Oh, Taehyung juga tidak akan lupa, jika dulunya Jisoo sering keluar dan beralasan bertemu dengan pemuda itu, bahkan Jungkook kerap kali mengantar istrinya pulang ke rumah.

"Ini tidak bisa dibiarkan! Aku akan gila jika ini berlangsung lebih lama."

Jisoo yang memang berniat mencari Taehyung di ruang keluarga, menyipitkan matanya ketika menemukan presensi laki-laki tersebut terlihat sedang bicara sendirian. Merasa heran, Jisoo memutuskan untuk berjalan mendekati sang suami. Mendudukkan diri di sebelah Taehyung yang masih sibuk berceloteh dengan dunianya sendiri.

"Apa yang harus aku lakukan?" Monolog Taehyung yang belum sadar akan kehadiran istrinya.

"Melakukan apa?" Jisoo bertanya pelan.

Membuat Taehyung hampir melompat dari tempatnya. "Astaga, Jisoo! Kau membuatku kaget saja." Pekiknya sembari mengusap dada beberapa kali.

Jisoo yang merasa tak sepatutnya Taehyung terkejut atas tindakannya, mengerutkan alis. Perasaan, tadi ia bertanya pelan, bukan berteriak. Aneh-aneh saja memang suaminya ini.

"Kau ingin melakukan apa, Taehyung? Apa lagi yang kau rencanakan sekarang?"

Tak buru-buru menjawab, Taehyung malah kembali murung. Demi Tuhan, ia sangat terganggu jika harus terus-terusan membiarkan Jisoo berdekatan dengan si Jeon. Tapi, bagaimana caranya agar semua ini ringkas, dan menguntungkan semua pihak?

Diamnya Taehyung membuat Jisoo berpikir sendiri. Ia mencoba mengingat tentang hari ini, siapa tahu menemukan jawaban. Dan, ingatan Jisoo terhenti di saat mereka menyaksikan Agust yang melamar Jennie di parkiran. Bibir Jisoo mengerucut, agak kesal jika tebakannya benar.

"Kau masih belum rela jika Jennie akan menikah dengan Agust?"

Menoleh cepat, Taehyung sampai ternganga ketika Jisoo mengucapkan hal tersebut. Kesimpulan bodoh semacam apa itu?! Yang benar saja!

"Enak saja!" Taehyung membantah tegas. Saat melihat raut wajah Jisoo yang kusut, ia mencoba bersikap tenang. Astaga, ada-ada saja isi kepala wanita kesayangannya ini. Tubuhnya Taehyung rapatkan pada Jisoo, tak lupa tangannya ikut melilit tubuh kecil sang istri. "aku tidak punya alasan untuk bersikap belum rela, Sayang."

Jisoo luluh dengan mudah. Ia menyelusupkan kepalanya semakin dalam ke pelukan Taehyung. "Soalnya kau terus terlihat resah setelah kita pulang dari rumah sakit tadi."

Menghembuskan napasnya pelan, Taehyung sedikit menyesal karena sudah terlalu memperlihatkan kegelisahannya. Lihat, akibat kecerobohan Taehyung, istrinya berpikir yang bukan-bukan. Untung saja Jisoo bicara, meski terdengar sedang menuding. Coba jika wanita itu tetap diam dan overthinking sendiri, sudah pasti Taehyung juga yang kelabakan.

"Sayang, aku harus bagaimana lagi agar kau percaya, bahwa sekarang hatiku hanya milikmu? Bukan Jennie atau siapapun. Aku hanya mencintai Kim Jisoo seorang. Demi Tuhan, aku bahkan tak peduli, bahkan untuk ingin tahu saja tidak, perihal Jennie dan kekasihnya yang tidak romantis itu."

Jisoo mengangguk. "Lalu apa masalahnya sekarang? Kenapa kau terlihat gelisah, Taehyung?"

Baiklah, mungkin Taehyung memang harus bicara. "Jika aku katakan, jangan merasa bersalah, terbebani, atau apapun. Bisakah?"

Cat and DogWhere stories live. Discover now