40|Menantang

1.3K 137 60
                                    

"Lama tak bertemu, Sahabatku."

Menolak sapaan Park Jimin yang ingin memeluknya, Taehyung menyunggingkan bibir tampak jijik. "Tidak usah berlagak sok akrab." Begitulah, dia memang tidak pernah dibekali ucapan manis untuk sekadar berbasa-basi dengan siapapun. Tentu, predikat mulut berbisa Taehyung tidak akan lekang begitu saja.

Menanggapi perilaku teman lamanya itu dengan kekehan, Jimin sama sekali tidak menganggap hal tersebut dengan serius. Mengenal Taehyung dengan baik di masa lalu, maka bukan hal baru lagi baginya untuk tahu kebiasaan pria itu yang suka bicara ketus. Jimin tahu, kepribadian Taehyung yang berlagak galak hanyalah sebagai sampul saja.

"Jadi katakan, kenapa kau bisa mengobrol dengan istriku? Jika kau berpikir untuk menggunakan tabiat tebar pesonamu itu padanya, maka cepatlah lenyapkan pikiranmu."

Jimin lagi-lagi tertawa geli. "Oh, ayolah, Man. Aku bukanlah lelaki seperti tudingan mu lagi. Di usia segini, bukan saatnya untuk bermain-main dengan para wanita lagi. Sekedar info untuk kau ketahui, aku sedang berada dalam fase pencarian cinta sejati."

Barulah gelak tawa mengejek terlampir di wajah Taehyung yang tadi masam. "Jadi sudah ditemukan?"

"Hmm, belum," Park Jimin tak sengaja sedikit menerawang. Tiba-tiba saja bayangan satu gadis muncul di benaknya. Gadis yang ia temui di pesawat. Sialnya mereka hanya bertukar nama, dan mungkin akan sulit untuk bertemu lagi. Tapi ya sudahlah, jika memang ada takdirnya, Jimin yakin mereka pasti akan bertemu lagi. "tapi aku merasa sinyal-sinyal kedatangan jodohku sudah dekat."

"Dasar pujangga." Hardik Taehyung. Sejak dulu laki-laki ini tidak berubah.

Jimin tertawa. "Oh ya, aku ucapkan selamat untuk pernikahan kalian. Maaf, aku tidak berkesempatan hadir saat itu. Aku hanya membaca artikelnya saja, dan aku turut bahagia. Terlebih untukmu Nona, kau termasuk kategori hebat karena mampu meluluhkan pria keras kepala seperti dia. Yaa, aku akui dia penyayang, tapi kadang kali sikapnya lebih parah dari bayi dua tahun. Jadi, perbanyak sabar saja ya."

Mendecih, Taehyung menggulir bola matanya, sementara Jisoo tertawa. Bukan rahasia lagi bahwa Taehyung memang jelmaan balita yang terperangkap di tubuh pria dewasa.

"Aku tidak ingat pernah mengundangmu. Jadi, tidak usah habiskan waktu untuk merasa bersalah."

Selain rewel dan manja, omongan sarkas dan tak pilah-pilih juga menjadi kebiasaannya. Lagi-lagi Jimin harus mengelus dada. Sabar.

"Taehyung, jangan bicara begitu." Jisoo menasihati. Ia mungkin tahu begitulah cara Taehyung bicara, tapi bersikap ketus pada semua orang juga bukan hal yang baik.

"Iya, Sayang. Lagian dia tahu bahwa aku hanya bercanda." Wajah galak tadi langsung berubah semanis anak anjing saat berhadapan dengan istrinya. Bahkan, Taehyung memberikan mimik wajah yang begitu imut kala matanya hampir tertutup akibat tersenyum.

Dasar budak cinta. Begitulah hardik Jimin dalam hati. Lebih baik tidak ia sampaikan keluar, karena kalau Taehyung mendengar, mungkin saja pria itu akan mengeluarkan lebih banyak lagi omongan-omongan berbisa.

"Jadi, katakan. Bagaimana tadi kalian bisa mengobrol? Aku belum mendapat jawaban atas pertanyaan itu sejak tadi."

Masih menagih jawaban itu rupanya. Jisoo dan Jimin saling menatap satu sama lain.

"Tadi aku tidak sengaja menjatuhkan dompetku dan Jimin mengembalikannya." Jawab Jisoo terpaksa menyembunyikan kebenaran. Ia hanya tidak ingin jika Taehyung tahu yang sebenarnya, pria itu akan mengamuk pada tuan pemilik jas tadi, dan membuat keributan di acara Jennie dan Agust. Ia juga sempat melemparkan senyuman meminta Jimin membenarkan ucapannya.

Cat and Dog (√)Where stories live. Discover now