12

2.6K 112 4
                                    

Malamnya sesuai janji Felix untuk pergi kepasar malam yang nggak ada penghuninya alias udah dibooking sama Felix karna nggak mau nggangu dirinya bersama gadisnya berduaan sekaligus pdkt-an, katanya sih.

"Cia suka?." tanya Felix lembut sembari menggengam tangan Cia erat takut gadisnya kabur.

"Suka... Tapi kok sepi?." ucap Cia berbinar senang sembari melihat kesekeliling hanya ada penjual tanpa ada pembeli sekalipun. Felix tersenyum senang.

"Udah aku booking." jawab enteng Felix.

"Semua?."

"Iya." Felix mengganguk bangga yang mana membuat Cia mengganga tak percaya. Felix itu menurut Cia... Hampir mirip seperti abangnya, dari tutur katanya, tatapannya dan itu semua membuat Cia merasa aman dan nyaman secara bersamaan.

Kalo abangnya, kadang bisa diajak bercanda namun lebih sering ke kaku dan datar, kadang juga sih romantis dan galak. Mata Cia mengerjap pelan saat sebuah kapas besar dan panjang berada didepan matanya.

"Uh?." lola Cia karena sedari tadi dirinya melamun dan tak sadar bahwa Felix pergi dan kembali lagi bersama permen kapas berwarna pink didepan matanya.

"Mau?." kapas yang dipegang Felix diturunkan sebatas leher Cia membuat Cia menjadi bisa melihat wajah Felix yang putih serta tampan.

"Em." gadis itu mengganguk. Tangannya terangkat mengambil permen kapas itu sebelum itu sebuah kecupan basah mendarat dibibir mungilnya membuat sang empu terkejut.

"Ga gratis baby.".kata Felix terkekeh lucu melihat gadisnya yang terlihat menggemaskan dimatanya.

Felix menggengam tangan mungil Cia membawa gadisnya berjalan jalan mengitari pasar malam yang begitu tenang dan damai.

Hingga keduanya tiba disebuah tenda penjual yang diisi berbagai pernak pernik dan berbagai macam gelang, bando dan kacamata.

Mata Cia berbinar kala melihat bando berbentuk lucu. Gadis itu mengambil bando berbentuk kucing dan mengisyaratkan Felix untuk menunduk.

"Hihi Tampan." gadis itu cekikikan kala melihat bando itu terpasang pada kepala Felix.

Mata tajam pemuda itu melihat gadisnya yang begitu bahagia. Sekilas nampak bahwa pemuda itu tersenyum kecil dan dengan cepat digantikan seringai misteriusnya.

Dan satu hal lagi, dadanya berdesir aneh ketika melihat raut gadisnya. Sejenak tangannya menekan dadanya yang terus menerus berdesir tanpa henti.

Felix mengambil bando lain yang juga menurutnya lucu lalu dipasangkan pada kepala gadisnya.

"Impas." ucapnya menatap gadisnya lembut.

"Berapa?." dingin Felix menatap penjual tersebut.

"30 ribu aja den." jawab sang penjual sembari menelan ludahnya susah payah.

Felix membuka dompetnya dan memberikan uang satu lembar berwarna biru kepada penjual tersebut.

"Ambil." setelah mengatakan itu. Felix pergi menggandeng gadisnya.

"Mau kemana lagi?."

"Pulang, Cia udah ngantuk." ucap Cia mengucek ucek matanya.

"Jangan dikucek nanti merah." gadis itu mengganguk dan berjalan kearah dimana mobil Felix berada.

Saat ingin berjalan kekursi disebelah pengemudi tangannya ditarik Felix membawanya masuk dan duduk dipangkuannya menghadap pemuda itu.

Pemuda itu mengusap pipi Cia lembut membawa kepala gadisnya bersender pada dada bidangnya. Deru nafas gadisnya dapat ia rasakan, hangat itulah yang ia rasakan.

Cukup lama Felix berdiam diri dimobil, menatap lurus jalan sepi didepannya. Salah satu tangan pemuda itu memeluk pingang Cia posesif.

Ia ingin sekali bersama gadisnya hingga menikah nanti dan memiliki anak anak yang lucu. Tanpa sadar dirinya terkekeh sembari menggelengkan kepalanya.

Namun, tangannya mengeratkan pegangan stir dengan erat. Matanya menatap tajam.

"Gue harus cepet cepet hancuri Vano dan Leon!."

"Kalo perlu sekalian mati ditangan gue!." gumamnya lirih sambil melihat gadisnya yang sudah tertidur ditambah gadisnya memeluknya begitu erat. Pemuda itu tak rela jika gadisnya pergi meninggalkannya.

Joko tingkir ngumbe cawet. Joko tingkir marahi mumet...

Suara dering handphone mampu membuyarkan lamunan Felix. Pemuda itu menggangkatnya tanpa melihat kontak nomor yang berada di handphonenya.

"Halo?."

"Hm." dehem Felix seperti tak berminat.

"Tuan. Mungkin prosesnya akan memakan waktu lama." suara orang yang ada siseberang telepon tampak bergetar.

"Saya tidak mau tau. Percepat atau saya akan membuatmu mati detik ini juga!." suara Felix mendingin.

"A-akan saya usahan tuan." ucap orang itu terbata bata.

"Tenang saja tuan. Jangan khawatir." lanjut orang itu dengan nada menyakinkan.

"Tahan lama?." tanya Felix.

"Tentu tuan." jawab orang itu.

"....?."

"...."

"Bagus!." seringai licik terlihat disudut bibir pemuda itu. Jari jemari lentiknya mengusap lembut pipi chubby gadisnya.

"Sebentar lagi, baby."

Cup

Cup

Felix mengecup kening gadisnya dan terakhir mendarat dibibir mungil gadis itu dan kini malah berubah menjadi lumatan.

"Good night, litle girl."

"Mimpi indah."

"Selamanya..."

_________



Penulis:NVL.EL

Possesive Om Leon And Brother [ Hiatus ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora