5

6.9K 243 8
                                    

Keesokan harinya, cia membuka mata dan melihat kesamping dan dapat ia lihat kakanya yg masih mengenyot dengan tangan satu lagi mengusap lembut vagina cia yg mana membuat cia geli.

Melepas pay*daranya dari mulut kakanya, cia langsung berdiri dengan pikiran yg membuat ia tidak bisa menjawab. Cia aja polos mana mungkin bisa jawab kalo pertanyaan nya 'Kak vano kenapa sih suka mimi yuyu cia?.'  itulah pertanyaan yg ada dipikiran cia.

Yuyu adalah julukan untuk dua gundukan gunungnya. Setelah itu cia kekamar mandi untuk ritual paginya.

Vano mengeliat dengan mulut ngecap-ecap dengan tangan meraba-raba sampingnya yg ternyata kosong, dengan panik langsung saja vano membuka mata melihat keseluruh ruangan yg juga kosong.

Pikiran negative-nya muncul, apakah baby-nya pergi? Tidak! Tidak! Baby-nya tidak boleh pergi!. Menggeleng pelan guna mengusir pikiran yg membuat dirinya kalang kabut.

Mengobrak-abrik seluruh ruangan yg ada dimansion yg mana membuat ketiga maid yg sedang bekerja ketakutan akan amarah dari vano. Dirinya tak mendapati adiknya saat ini, vano berjalan dengan air mata yg senantiasa menetes tp ia segera menghapus dengan kasar.

Ceklek.

Membuka pintu dan menutup pintu kamar adiknya, ia segera kepojok dan berjongkok seraya mengumamkan nama adiknya terus menerus ,lagi dan lagi air matanya keluar.Isak tangis terdengar dari bibir vano yg bergetar.

"Hikss... Cia hiks... Cia."

"Hikss... Cia jangan tinggalin kaka hikss... Kaka belum jebolin cia hikss... Ciaa..."

"Huwaaa... Hikss cia,nanti siapa yg mau main sama kaka hikss..."

"Kita hikss... Belum bikin kecebong cia...hikss..."

"Hikss... Cia... Kaka belum buat cia tepar diranjang hikss... hikss..."

Begitulah gumaman vano yg terlihat menyedihkan dengan mulut dan pikiran yg mesum serta tangan yg sedari tadi mengambil makanan yg tersedia lalu memasukkan kedalam mulut dengan masih mengumami nama cia. Dirinya panik, marah, sedih, lapar menjadi satu.

Ceklek.

Suara pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan badan mungil yg terlapisi handuk diatas lutut, Dia cia yg sedari tadi vano cari tp tidak ketemu-ketemu, saat pendengarannya tak sengaja mendengar isak tangis serta gumaman yg mengarah kedirinya.

Cia seperti mengenali suara ini. Saat mata bulatnya menatap kearah pojok dirinya terkejut kala itu adalah kakanya yg sedang menangis sesegukan. Cia binggung kenapa kakanya bisa seperti itu.

Apalagi rambut yg acak-acakan dengan tangan yg sedari tadi menyomot makanan miliknya, tunggu? Makanan miliknya ,oh no! Dirinya langsung berlari menghampiri kakanya.

Merebut paksa piring yg berada dimeja dengan menatap sengit kakanya. Dirinya benar benar marah dan sedih nyam-nyam-nya yg ia miliki habis dimakan kakanya.

Vano tersentak kaget kala tidak ada makanan dirinya mendongak melihat siapa yg mengambil makanan dimeja. Matanya membulat sempurna, tangisan berhenti dengan tatapan berbinar-binar kearah cia.

Cia bersedekap dada dengan muka acuh tak acuh. Vano segera bangkit lalu berdiri dari jongkoknya dan kemudian ingin memeluk cia segera saja cia menghindar membuat vano heran dan sedih juga.

"Cia kaka cariin kamu dari tadi kamunya kemana aja ,hmm?. " ucap vano sambil mengoyang-ngoyangkan tangan cia yg sudah tak bersedekap dada lagi.

"Cia ngga kemana mana kok, cia cuma mandi. " jawabnya ketus yg membuat vano mendelik kesal karna bicara adiknya.

"Cia kamu ada masalah cerita dong sama kaka." ucap vano lagi sambil mengelus kepala cia sayang dan lembut.

"Gpp."

Lalu cia segera ke walk in closet untuk memakai baju oversize-nya. Vano yg sedari tadi melihat adiknya itu seketika terdiam dengan pikiran kemana-mana.

Cia keluar dari ruangan dan duduk disofa single seraya menekan tombol yg ada di remot guna menyalakan tv menayangkan kartun kesukaannya tanpa melirik vano sekalipun.

Vano yg tak bisa dicueki oleh cia segera menghampiri dan duduk disebelah kursi single milik cia.

"Cia knpa?." tanyanya enteng dengan menatap mata bulat cia dan juga melirik-lirik bibir cherry cia.

" Taulah cia ngambek sama kaka." ucap cia yg mampu membuat vano gelagapan dan segera memikirkan ide agar cia tak ngambek lagi, dirinya juga bingung kenapa adiknya tiba-tiba saja ngambek.

Persetan dengan itu, lebih baik berpikir agar cia tidak mengabaikannya terlalu lama. OH, Yeah! dirinya menyeringai karna mendapat sebuah ide yg mungkin membuat cia tak lagi mengabaikannya.

"Mau nyam-nyam?." ucap vano yg mana membuat cia menoleh dengan mengganguk semangat. Ah, sudah kuduga pasti cia akan senang.

"berapa kardus? 100kardus?, 500kardus?,1000kardus?." ucap vano dengan santai sambil mengelus jari-jari lentik nan mungil milik cia, cia seakan berpikir sebentar.

" 1000 kardus!. "

"siap cantik, pesanan segera diantarkan."

****

Malam harinya, cia dan vano melakukan makan malam dengan tenang hanya ada suara dentingan sendok, garpu dan piring saja.

Setelah selesai vano langsung saja mengendong cia ala koala menuju ruang tamu sesampainya mereka diruang tamu, vano mendudukkan lagi cia kepangkuaanya.

Mengigit, menyesap, menjilat diantara perpotongan leher cia, vano menyudahi kegiatannya dan ingin berbicara sesuatu kepada cia apakah cia setuju atau tidak?!.

" Cia sayang." panggil vano dengan nada lembut seraya membalikkan tubuh cia menghadap dirinya, cia menatap mata vano yg indah.

" Hum?." balas cia dengan memiringkan kepalanya yg mana mampu membuat vano mengigit pipi dalam krna saking mengemaskannya cia.

"Besok ada pembantu baru yg ngantiin bibi, krna bibi pulang kampung, cia setuju?."

"Um, cia setuju-setuju aja."

Setelah mengatakan itu, vano membawa cia kekamrnya untuk tidur karna waktu sudah malam, dirinya juga sudah mengantuk. Mereka tertidur dengan saling berpelukan mesra antara satu sama lain layaknya pasangan kekasih.

Penulis:NVL.EL

Possesive Om Leon And Brother [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang