1 menit..

2 menit..

Brak!

"what the-"

benar saja Ralvin mendobrak pintu itu, Zea kaget. Mata mereka bertemu, kedua orang dengan tampilan yang kacau.

Zea turun dari kasur, berniat segera keluar dari kamar itu tapi Ralvin menahan tangannya.

"we need talk"

"Pergi" Zea menarik tangannya tapi tenaga Ralvin jauh lebih besar menahan nya. Kesal, Zea dengan berani mengigit lengan Ralvin.

"akh!" Ralvin meringis

Zea dengan cepat berlari ke arah pintu, tapi Ralvin lebih cepat. Ralvin menutup pintu itu, lalu menyudutkan tubuh zea di pintu.

"Lepas!" Zea berontak.

Ralvin tidak peduli, satu tangannya ia ulurkan menyentuh pintu, tepat disamping kepala zea, mencegah perempuan nya ini kabur, satu tangannya lagi menahan tangan kiri zea di atas.

Zea masih tetap mencoba lepas.

"leave me alone, ralvin "

"Zea, kita bicarain.. let me explain-.."

"GA ADA YANG HARUS DIJELASIN LAGI!"

Zea teriak di hadapannya. Pipinya kembali basah, ia sangat terlihat kacau di depan lelaki nya.

"have fun with her.."

"Zea.."

Ralvin mengangkat pipi Zea agar mata mereka bertemu.

"I drunk ze.., sera datang.. saat itu aku kira itu kamu. aku kacau ze, aku salah.. i know I'm not deserve to get apologized"

"i don't care.."

"aku ga peduli kamu halusinasi atau bukan saat itu. You break the rules Ralvin. Kamu pergi ke tempat itu.. aku cuma tinggalin kamu ga sampe sehari, kamu mau liar hah? Kamu pergi tanpa izin, kamu mabuk.. dan kamu.."

Kalimat Zea tertahan, dadanya sakit. Zea mengigit bibirnya sendiri.

"you kiss another girl.."

Hati Ralvin sedikit tergores mendengar kalimat itu dari mulut zea, tanganya terulur memegang kedua bahu Zea.

"aku hilang kendali Ze.."

"forgive me.."

Zea mengusap air matanya yang kian banyak keluar.

"gimana? puas ga sama dia?"

Ralvin menatap lekat mata nya.

"Zea.. just a kiss. aku ga lakuin apa apa lagi selain itu"

"huh? just?"

Sera menepis tangan Ralvin di bahunya, mundur selangkah, sampai punggungnya bersandar pada pintu.

"kenapa sera..?kenapa harus sera, bajingan?!"

Sera meremas rambutnya, mengigit bibirnya sendiri, menahan tangis.

"Sera selalu ambil semua punya aku vin.. bahagia aku.. orang tua aku.."

lagi lagi kalimat Zea tertahan karena isakan tangisnya. ia benci menangis, apalagi di hadapan Ralvin.

Zea memukul pelan dada lelaki di hadapannya ia tidak bisa menetralkan emosi nya. dadanya sakit.

"dan sekarang, kamu?"

Ralvin mendekap nya, berusaha membuat perempuannya tenang. Zea sedang kacau. Ia takut wanitanya akan kambuh karena emosi nya, Ralvin gamau zea merasakan sakit itu lagi. terlebih lagi karena dirinya.

NIRVANAWhere stories live. Discover now