The Doll 18 [End]

550 93 13
                                    

Happy reading







Sano dan Tian terus mengejar Harsya yang berjalan cepat dengan amarah memuncak. Dia sudah tidak tahan lagi dengan Sarah yang semakin berulah dan merenggut nyawa orang yang ia sayangi. Melewati koridor gelap, Harsya berjalan tanpa pencahayaan, seakan sudah hafal dengan lika-liku lorong itu.

Harsya juga sudah lupa dengan mahluk besar yang mengejarnya tadi. Langkahnya membawa kedua temannya menuju tempat di mana dia menemukan deretan lilin. Harsya yakin, pasti ada ruang tersembunyi di sana, perihal dirinya yang belum tuntas menelusuri tempat tadi karena hantu yang mengejarnya. Rasa takut telah hilang, terganti dengan keberanian dan rasa ingin membunuh.

"Sya, lo yakin udah tau tempatnya. Bahkan kita belum cek seluruh lorong ini." Tian menyamakan langkahnya dengan Harsya dan menyalakan ponsel sebagai penerangan.

"Kak, kita harus hati-hati, kita tidak tau apa yang ada di depan sana," ujar Sano yang melangkah cepat menyamai dua tertua.

Harsya membuang napas kesal. "Diam, kalau kalian ingin bebas dan menuntaskan ini semua, kalian ikut aku. Jika kalian tidak siap mati, silakan putar balik dan pulang, biar aku sendiri yang menyelesaikan."

Tian menggeleng. "Bukan begitu, lo gak mikir keselamatan lo juga? Kalau lo mati, siapa yang akan membalas kematian Nata dan Ghava?"

Harsya diam, dia mencoba untuk menahan amarahnya. Sano tersenyum dan mengeluarkan sebuah kalung dari saku celananya. "Pakai ini kak, entah sejak kapan jimat yang gue kasih udah lepas dari leher lo."

Harsya meraba lehernya, dan benar saja, jimat pemberian Sano hilang. Segera ia terima jimat baru yang Sano berikan, dan memasangnya.

"Terima kasih, ayo kita cari bersama."

Mereka bertiga tersenyum dan berjalan beriringan. Harsya menuntun jalan ke tempat deretan lilin yang telah ia jumpai.

Setelah sampai, Harsya terkejut. Dia ingat sekali jika semua lilin padam saat dia melarikan diri, namun bagaimana bisa lilin itu menyala kembali?

"Tunggu dulu, gue merasa ada yang gerak di sana," ujar Tian menunjuk depan, tempat di mana Harsya bertemu hantu besar.

"Jangan mendekat ke sana, ayo kita pergi ke sisi kanan." Sano dan Tian mengangguk mantap. Mereka berdua juga merasakan hal aneh dari arah depan yang sangat gelap.




































Jaya menuntun Hana untuk duduk di sebelah Rania. Mereka memang sengaja untuk menjemput Hana terakhir agar tidak ribut di jalan. Perempuan itu ikut menangis saat melihat kondisi Nata. Rasa takut dalam dirinya semakin meningkat kala mendengar korban tidak bisa diprediksi.

Hana kini melamun, dengan sisa tangisnya. "Kita akan diam di sini sampai kapan?" tanya Hana dengan pandangan kosong.

Juan mengangkat bahu. "Tidak tau, gue juga masih bingung."

Rania hanya diam, dia sudah lelah karena menceritakan semua yang terjadi kepada Jaya dan Juan. Mereka berdua benar-benar tidak menyangka jika Jake dan Ibunya yang melakukan hal keji itu.

The Doll ✓Where stories live. Discover now