The Doll 17

411 92 8
                                    

Happy reading






Harsya berteriak marah melihat jasad temannya. Tian membuka mulutnya tidak percaya dengan keadaan Ghava, sedangkan Sano susah payah menahan rasa mual. Ghava tampak begitu mengenaskan, tubuhnya yang terpotong membuat darah mengalir memenuhi ruangan, menimbulkan bau amis yang menyengat. Organ tubuh yang berceceran, membuat siapapun yang melihatnya ingin muntah.

Harsya seperti kehilangan harapan setelah dua orang yang ia sayang pergi dengan cara yang menyedihkan. Air matanya turun deras. Hatinya seperti di tusuk ribuan pisau. Dia tidak menyangka jika semesta sejahat ini kepadanya. Temannya itu tidak punya hubungan dengan masalah penumbalan ini, ia hanya ingin menyelamatkan kakaknya.

Tian menghampiri Harsya yang baru saja terduduk sambil memegang tangan Ghava. "Sya, maaf gue_"

"Diam, aku gak butuh permintaan maaf kamu," sahut Harsya dingin.

"Gue menyesal gak bisa menolong keluarga dan teman lo Sya, gue minta maaf." Tian yang berdiri di belakang Harsya, menundukkan kepalanya.

Sano hanya diam, dia tidak menyangka akan menjadi separah ini. Korban yang sudah ia perkirakan ternyata lebih. Entahlah, Sano juga tidak pernah berpikir bahwa orang yang membantu akan menjadi korban.

Sano menghampiri Tian. "Kak, bukannya hanya korban ya yang mati? Tapi kenapa kak Ghava juga?"

Tian menggeleng pelan. "Bisa saja dia menyerahkan diri sebagai pengganti Hana bukan?"

Sano bergeming, kemungkinan besar seperti itu, karena Hana adalah kakak Ghava. Tapi bagaimana bisa dia menyerahkan diri, sedangkan kemenangan sudah di depan mata.


•°Flashback°•

"Ini kenapa kak Hasrya gak bisa ditelpon sih?" Ghava mengangkat Handphonenya ke udara untuk mencari sinyal. Di ruangan gelap dan tertutup ini, sinyal sangat sulit didapat.

"Padahal gue mau kasih tau kalau ada ruangan di sini," monolognya menatap ponselnya dengan bibir melengkung ke bawah.

"Nanti aja deh, gue cek dulu ruangan ini." Ghava mengarahkan ponselnya ke ruangan gelap itu. Tangannya meraba tembok untuk mencari saklar lampu. Dia yakin jika ruangan ini bisa dinyalakan, karena ia melihat ada lampu yang tergantung.

Tak

Senyumnya merekah saat lampu sudah berhasil ia nyalakan. Senter ponselnya ia matikan. Ternyata ruangan ini adalah sebuah kamar. Kamarnya tampak rapi dan bersih, seperti ada yang menghuninya. Semua barang yang ada di kamar itu terlihat elegan dan mahal, sangat bagus, sampai Ghava kepikiran ingin mencuri dan membawanya pulang. Kakinya melangkah maju, Ghava terkejut melihat seseorang yang terbaring di atas kasur king size.

"Bagaimana bisa?" Mulutnya menganga tidak percaya jika yang ia lihat itu adalah Jake, tapi dengan tubuh dan wajah yang tua.

Ghava mendekat dan mengguncang tubuh Jake. "Jake, ini lo kan?"

Tangannya kembali mengguncang tubuh Jake dan melontarkan pertanyaan yang sama.

"Bukannya dia udah dibawa sama kak Harsya ya? Tapi kenapa bisa ada di sini? Dan kenapa Jake menua?" Semua pertanyaan yang ia lontarkan untuk dirinya sendiri, terus berputar si kepalanya tanpa jawaban.

The Doll ✓Where stories live. Discover now