29

185 30 0
                                    

"nee, Hatsu, kau selalu memanggilku dengan sebutan 'chan' kan?," Dewi membuka tutup kotak bekalnya perlahan, lantas menghela nafas kala melihat isinya sudah tak berbentuk

"hn, tentu," ia membalas. Sudah ke-tiga kalinya ia mengambil tisu untuk mengelap air yang tadi tak sengaja tumpah mengenai roknya. Untung sedikit.

Seperti biasa, sebelum menyuap Dewi pasti akan meneguk 3 kali air, "pernah memanggilku dengan sebutan 'san'?"

Ia menggumpalkan ketiga tisu tadi yang kini basah menjadi satu, lantas melempar dan menargetkannya untuk masuk ke tempat sampah bak sedang bermain basket.

"hee, entahlah. Sejak awal kan aku sudah memanggilmu chan," Hatsume menjelaskan dan langsung menyuap makanannya

Dewi mengangguk-angguk saja, toh memang benar Hatsume pertama kali bertemu dengannya sksd.

*Sksd: sok kenal sok deket

Dewi nampak tak nafsu, terbukti dengan perilakunya yang hanya menatap bekalnya tanpa berniat menyuap dan mengunyahnya.

Ia menoleh ke arah kanan, tepat di mana jendela besar ada yang juga memperlihatkan keindahan dari kota. Dewi menyenderkan tubuhnya pada jendela itu.

"rasanya kok.. ada yang aneh ya," ucapnya seraya mengetuk-ngetuk jendela perlahan

Hatsume menatap bingung, "aneh? Apanya?"

Dewi bergeleng pelan.

"hm, iie. Lupakan. Hanya merasa kalau aku melupakan suatu hal penting," ia menjauhkan tubuhnya dari jendela. Mendengar jawaban barusan, Hatsume pun hanya mengedikkan bahu.

___

DEWI'S POV

Semuanya kini berada dalam bis yang akan mengantarkan pulang. Aku Lagi-lagi hanya menatap ke luar jendela, mengamati pemandangan tengah malam yang sepi.

Kembali, dadaku terasa aneh. Seakan, ada sesuatu yang terlupakan. Aku yang memang sudah penat pun memutuskan untuk tidur, sebelum akhirnya ponselku mendapatkan notifikasi berita terkini.

Mataku membelalak, lantas bergumam, "ohya, Bakugou diculik"

Aku langsung saja membuka berita itu. Padahal baru-baru saja dikirim, tapi sudah banyak yang mengunjunginya.

"yah, memang ini udah jalan ceritanya sih. Kalaupun mau bantu aku bisa apa? Tau tempatnya aja ga. Aku kan buta jalan," helaan lantas lolos dari mulutku, "bisa-bisa kalo iya aku ikutan, alur makin ngaco"

Aku melirik ke arah penumpang lain. Benar saja, tinggal aku seorang yang masih terjaga.

"paling juga besok libur," liriku

"Midoriya, semoga kalian berhasil"

Aku memutuskan untuk tidur, mempersiapkan diri akan apa yang akan terjadi esok.

___

Benar saja, sekolah diliburkan. Para murid pun diminta untuk selalu berada di rumah dan jangan keluar jika bukan urusan mendadak.

Aku kini duduk di ruang tengah. Sedari tadi, yang muncul di tv adalah berita mengenai Bakugou hilang dan ketidak becusannya yuuei terhadap keamanan murid-murid nya.

Sembari men-scrool berita di ponsel, pandanganku terhenti dengan sebuah cuitan seseorang di sebuah sosial media.

"dimana si R? apakah kali ini dia tak akan melakukan apa-apa?"

Aku tanpa sadar kedutan sendiri. Tak berlangsung lama, sebuah panggilan masuk.

"ya?," ku angkat panggilan tersebut

Orang di seberang sana langsung saja mengutarakan inti, "mbak gapapa? Aman-aman aja kan? Di rumah kan, ga kemana-mana?"

Aku tersenyum kecil, "aman. Tenang, Liga Penjahat atau apalah itu gabakalan minat sama aku. Aku kan quirkless, jadi ya gabakalan kenapa-kenapa juga"

"tapi kan mbak kemarin menang juara 1 ngalahin Bakugou," ia berucap khawatir, "yakin gapapa? Ngalahin Bakugou loh"

Ah aku melupakan fakta itu. Tapi jika dipikir-pikir, memangnya apa yang Shigaraki butuhkan kalau ya akan menculikku juga? Paling-paling sih, alatku diambil.

Tunggu, diambil?

Tiba-tiba, bel apartemen ku berbunyi. Sekali, namun itu langsung membuat seluruh tubuhku merinding.

"Mbak, itu ada yang mencet bel kan? Dibukain gih, ga sopan bikin tamu nunggu," Dewa, adikku, menegurku yang sedari tadi hanya diam saja

Aku tak menghiraukannya. Dengan perlahan, aku membuka fitur keamanan yang ada pada kacamataku dan mengecek siapakah orang yang ada di depan tanpa beranjak.

"mbak?," ia memanggil, nampaknya khawatir

"bentar"

Bel kembali berbunyi, membuatku mempercepat lajuku. Hingga akhirnya, terlihat siapakah orang yang ada di balik pintu.

Aku melangkah pelan. Dan kini, diriku sudah berada di depan pintu, hendak membukanya.

Dia adalah..

"hee, lama sekali..," Hatsume menyapa dengan nada biasanya. Sebelum mempersilahkannya masuk, aku pun bertanya sesuatu.

"berapa buah tomat yang kemarin ku makan? Ayo jawab, satu, dua-"

"e-eeh, tapi kan kau tak suka tomat," Hatsume membalas bingung, "makan saja kau enggan, apalagi membawanya"

Aku mengatupkan kedua tanganku spontan, "oke, ayo masuk"

Aku membukakan pintu lebar-lebar, mempersilahkan Hatsume untuk masuk. Ia pun hanya menatapku bingung seraya berjalan masuk.

"kau kenapa?"

"hm, aku?," telunjukku menunjuk diriku sendiri, "apanya?"

"sikapmu, baka," ia mengupas jeruk di meja dan menyantapnya perlahan

Aku menggaruk tengkukku, "aku aman. Hanya, kepikiran soal Bakugo"

Ia membulatkan mulutnya, tanda paham. Tak lupa juga ia menyodorkan jeruk yang sudah dikupasnya, "mau?"

"perasaan aku yang punya kok bukan aku ya yang nawarin?," kekehku kesal

Ia tertawa, "hei, tenanglah. Kau aman selama terus di rumah. Aku tau kau kepikiran karna kau sempat jadi juara 1 saat festival"

Aku merebahkan tubuhku pada sofa. Pandanganku lurus ke atas, tak lupa tangan yang bagaikan berusaha meraih langit-langit.

"hn, iya arigathanks"

"dasar, kebiasaan sekali kau suka menggabungkan bahasa," ia bergeleng-geleng

Aku hanya tersenyum tipis. Rasanya, mataku kian memberat. Pandanganku juga semakin mengabur diiringi menguapnya diriku.

"nee, Hatsu"

Ia menatapku, menunggu kelanjutan dari ucapanku.

"arigatou, sudah menjadi temanku"

Aku pun terlelap.

___


















Dewi























Apa alasanmu ke sini?


























T.B.C








Special thanks, to all of my Readers.





















my story on bnha [ONGOING]Where stories live. Discover now