26

206 45 3
                                    

"huft, akhirnya sepi juga," Dewi menepuk-nepuk permukaan yang bermaterial paving itu. Ia pun duduk, membekap erat lututnya seraya menikmati angin semilir di atas rooftop.

"aku bingung, sebenarnya apa yang terjadi?," eluhnya penat. Tau akan begini ia lebih baik caper dan merebut gelar pemeran utama, daripada mental lama kelamaan terkikis.

"sepertinya alur hidupku di sini anti mainstream daripada fanfic-fanfic yang dulu banyak bertebaran," kekeh dewi, "yah, walaupun pada akhirnya ada kemiripan, yaitu mental sama-sama terkikis. Haha"


Sadar juga kamu nak.


Dewi menatap sang bagaskara yang kini sudah diselimuti warna jingga bercampurkan sedikit merah muda. Angin lagi-lagi menghembus pelan wajahnya. Untuk sesaat, itu dapat menenangkannya dari berbagai tekanan yang ada.

"yosh, untuk sekarang fokus Ulangan Akhir Semester dan kalahkan kepintaran Yaomomo saja! Bwahahahahahahh!!," Dewi mengangkat kepalan tangan dengan berapi-api. Semangatnya berkobar tak terelakan.

___

Hari terakhir--usai mapel terakhir

"akhirnya selese juga...," Dewi menenggelamkan wajahnya dalam lekukan lengan. Staminanya serasa terkuras, tadi pagi ia lupa untuk sarapan. Dampaknya pun ia tak bisa tampil prima untuk menyelesaikan seluruh soal. Otaknya rasanya sedikit dongkol. Lantas, bagaimana caranya ia mengerjakan Ulangan?

Tidak, adeck-adeck. Dewi tak mungkin mencontek dengan gaya. Ia mengakalinya dengan menggunakan insting dan logika, menggabungkan beberapa fakta juga logika dari sebuah soal, mengambil beberapa kata dari soal sebelumnya, menyeleksi satu per satu jawaban, serta menyaring semuanya hingga menghasilkan inti sari yang mana merupakan jawabannya.

Wohoho, sungguh cerdas kan MC kita ini?

"Dewi chan, otsukaresamadesu!," Hatsume menodongkan jempolnya

"hnn.. kau juga," saut Dewi tersenyum. Ia pun beranjak, lantas melaksanakan aktifitas yang sering dilakukannya dengan Hatsume. Ya, apa lagi kalau bukan hunting kuliner.

Mereka setibanya di kantin langsung saja duduk tanpa mengantri seperti kebanyakan siswa lain.

Lah, kalau begitu bagaimana cara mereka memesan makanan? Kantin Lunch Rush bukan seperti resto-resto ternama yang pelayannya menghampiri tiap pelanggan untuk ditanyai menu.

Demi menghemat tenaga dan mental, Dewi dan Hatsume membuat sebuah drone yang dapat mengangkut makanan pesanan mereka dengan pusat kendali di kacamata Dewi.

Dengan licik mereka memesan makanan sekitar 15 menit sebelum bel selesai, dimana sekarang drone itu sudah terbang membawa pesanan menuju bangku mereka. Hal itu lantas membuat semua yang berada di kantin tercengang.

"CURANG!!!!!!," seruan baritone menggema, nyaris membuat Dewi yang hendak mengambil mangkuk meleset

Sang pelaku, Bakugou, berdiri di tengah-tengah antrian dengan raut ramahnya dan jari yang menunjuk-nunjuk. Tak lupa juga kawan-kawan yang nampak menahan gerakan Bakugou lebih parah.

"sint*ng," desis Dewi menahan kesal. Ia pun mengabaikan auman murka Bakugou dengan menyantap hidangan. Tak terasa, Bakugou yang sudah mengambil langkah seribu kini sudah berada di sampingnya. Ia mencengkram kerah Dewi kasar, mengakibatkan Dewi yang tengah menyeruput kaldu panas dari santapannya terlonjak kepanasan.

"arkh, panas gila! Dower ni bibirnya!," Dewi balik mencengkeram kerahnya. Mata mereka pun saling menatap. Tidak, bukan tatapan dambaan, melainkan tatapan permusuhan. Jika di anime, pasti sudah muncul semacam percikan api di sekitar mata mereka.

my story on bnha [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang