24

332 59 5
                                    

NOTES!: kemungkinan dari sini ke depan cerita bakal berbeda dari aslinya. Walau begitu kalian harus terus mencari dan mengingat tiap detail yang ada. Detail-detail itu pastinya akan berguna suatu saat nanti. Sekian! Ohya, kemungkinan chap ini bakal ada gore-nya. Jadi bagi kalian yang anti sama kekerasan dsb bisa skip.

___

Berhari-hari acara magang mereka telah usai, kini Dewi beserta kawannya tengah disibukkan oleh beberapa hal. Salah satunya sendiri adalah dengan rusaknya kabel akibat gigitan tikus yang mana mengakibatkan korslet satu gedung.

"aww! Asem," desis Dewi kala merasakan setruman. Ia yang tengah memperbaiki kabel-kabel tak berselimut kembali melanjutkan. Setengah badannya kini masuk semakin dalam dan gelap. Berbekal sebuah perkakas serbaguna serta kacamatanya, ia menuntaskan tugasnya yang sedari tadi menjadi permasalahan.

Dewi yang sudah selesai akhirnya keluar. Ia menghirup oksigen sedalam-dalamnya, sebagaimana tadinya ia tak bisa lakukan.

"Dewi chan, otsukaresama desu!," seru Hatsume memuji jerih payah Dewi. Ia yang usai menarik tuas guna menyalakan listrik lantas menghampirinya.

Dewi tersenyum menanggapi. Ia duduk di permukaan dingin lantai. Bahunya ia senderkan lemas, seraya menengadah memandang atap tak berujung.

"are, doishta?," Hatsume yang merasa aneh ikut duduk di sebelahnya. Wajah ayu dihiasi semangat tak luntur sedari tadi. Ia menatap Dewi lekat, membuat Dewi mengerjap sedikit bingung.

"a-ah, daijoubu. Kecapekan aja," balas Dewi terkekeh. Mendapatinya, Hatsume lantas mengalihkan pandangannya lurus.

Mereka berdua terdiam, menikmati kesunyian yang belakangan ini jarang dilalui bersama. Dewi memeluk erat lututnya, lantas menenggelamkan kepalanya.

"akh, berisik! Pergi sana!," seru Dewi menggelegar, membuat Hatsume terlonjak di tempat

"ah, bukan, lagi bicara sendiri. Gomen," jelas Dewi tak enak.

Wajah Hatsume melunak, "kalau ada masalah, cerita saja. Pasti ku bantu. Kita kan teman"

Dewi mengerjap, terharu. Rasa tenang tak luput menggelegar di segala penjuru dadanya. Namun kendati demikian, masih ada secuil perasaan aneh terpendam jauh di lubuk hatinya sedari lama. Sebuah perasaan, yang nampaknya merupakan hati nuraninya.

Dewi, perasaannya sekarang semakin gundah. Dadanya terasa.. aneh? Mungkinkah pertanda sesuatu?

"akhirnya ketemu. Hatsume, kau dicari wali kelas," Hiroaki yang tergesa-gesa datang secara tiba-tiba, membuat Dewi membelalak di tempat

'jangan bilang..'

"Taro?," lirih Dewi tak menyangka

Hiroaki menatap Dewi yang memanggilnya. Ia menaikkan sebelah alisnya, bertanya ada apa.

"kau..," tubuh Dewi seketika membatu. Lidahnya terasa kelu, apalagi dengan tatapan Hiroaki yang tak ada niatan untuk melepas kontak.

"nande?," Hiroaki bertanya tenang. Aneh. Dewi sendiri makin tak tenang, yang untungnya masih menyisakan beberapa kesadaran terhadap sekitar. Hatsume yang merasa aneh dengan situasi membuat Dewi sesigap mungkin menyikapi.

"baahahah, ngakak! Mukanya kalian kok gitu sih! Waduh, dah cocok ya aku meranin film?," Dewi tergelak, berusaha menetralisir dan mengalihkan topik

Hatsume dan Hiroaki geleng-geleng. Mereka lantas pergi.

"oi, buruan," ajak Hiroaki pada Dewi yang tengah jongkok

"ah, duluan aja. Aku masih harus beberes," balas Dewi seraya menunjuk perkakasnya. Hiroaki yang mengangguk lantas pergi menyusul Hatsume.

Usai punggungnya menghilang dari ambang pintu, Dewi terjatuh dengan lemas. Ia membekap mulutnya erat. Keringat dingin bercucuran, tak lupa tubuhnya yang tak henti bergetar.

"k-kenapa reaksiku gini?," heran Dewi bergetar. Ia mencengkeram erat bahunya, "bukan.. pasti bukan. Jangan prasangka buruk"

Dewi menyibak rambutnya. Ia menghela nafas berat, lantas pergi usai merasa mendingan.

"sepertinya..," Dewi berlirih. Ia melangkah dengan pelan, menajamkan seluruh indera serta alat-alat yang dimiliki.

"ada dalang dibalik semua ini," langkah Dewi terhenti. Ia menatap berbagai insan yang tengah lalu lalang seraya sibuk dengan urusan masing-masing. 

Dewi melangkah, membelah kerumunan. Di tengah was-was dirinya, nampak seorang mutan berperawakan besar menerjang. Tubuhnya dihantamkan ke tembok, menimbulkan bunyi retakan yang diiringi ngilu luar biasa.

Darah segar mengalir diiringi batuk. Ia tak dapat bangkit, seakan hantaman tadi disengaja untuk menguncinya. Ia yang berusaha tenang dibuat kalut kala mendapati kacamatanya yang hilang entah kemana.

Dewi menatap sosok mutan di depannya dengan buram. Efek minusnya terasa, membuatnya senantiasa menyipitkan mata. Kepalanya juga pening bukan main. Sebelah matanya lantas dipaksa pejam oleh derasnya darah kental yang mengalir.

Sosok itu kian mendekat. Tanpa ba-bi-bu, ia menusukkan tangan runcingnya pada perut Dewi. Tak lupa energi kehidupan Dewi disedot paksa, membuatnya seketika kurus krempeng dan menua. Dewi tertatih. Tak seperti orang lain, ia dengan instan menjadi nenek-nenek oleh terkaman mutan yang tak terindahkan.

Mutan itu melepaskan tusukannya. Dewi lantas ikut terjatuh. Perutnya berlubang besar, membuatnya seakan tenggelam oleh genangan darahnya sendiri.  Ia seketika men-cosplay menjadi donat selai strawberry.

Yang diharapkan Dewi kini hanya satu, mati. Rasanya amat menyiksa, baik mental maupun fisiknya. Rasa-rasanya bahkan ia makin gila setiap detik. Dirinya bahkan dapat merasakan sejuknya udara yang melintas di perut donatnya, diiringi darah yang senantiasa mengalir deras.

Ia ingin sekali berteriak. Namun, sepotong suara saja tak dapat ia keluarkan. Mulutnya terus menggumam walau tanpa suara.

'bunuh aku'

'bunuh aku'

'bunuh aku'

'SIALAN, BUNUH AKU!'

'KUMOHON, INI MENYIKSA! AKU BISA GILA!'

'SETIDAKNYA JIKA TAK INGIN DITOLONG KUMOHON BUNUH!'

Dewi tak dapat mengeluarkan ekspresi. Ia tak dapat bergerak, hanya air mata saja yang menggambarkan kondisinya saat ini.

Mulutnya kian dipenuhi darah, membuatnya sedikit tersedak. Pandangannya kian buram. Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, ia mengingat-ingat kembali wujud mutan tadi.

Bertubuh tegap dan besar, dinuansai aura hitam, dan pastinya..








Musuh energi positif.


































T.B.C

Hallo, gimana kabar kalian? Aku baru buka WP dan liat banyak banget notif yang masuk!

Maaf ya baru up, karena udah mulai PTM 100% author jadi sibuk sama sekolah. Apalagi belakangan ini kondisi mental author sedang tidak daijoubu.

Makasih ya yang udah ikutin sampe sini. Jadi gimana nih chap ini?

Oke segitu aja, mohon maaf chap ini sedikit dari biasanya. Author usahakan untuk rajin up, doain, ya!^^

Sekian, adios Babai ❤️

my story on bnha [ONGOING]Where stories live. Discover now