21

478 104 55
                                    

"masih ingat dengan taruhan kita waktu itu? Nah, aku ingin menagih janjimu," jelas Dewi

_____


"oke, aku ingat. Jadi apa yang kau inginkan?," tanya Hiroaki

Dewi mengangguk. Ia nampak bolak-balik mengatupkan bibir, menimang-nimang.

"turuti ucapanku," balas Dewi singkat, padat, jelas

Hiroaki lantas tersedak oleh ludahnya sendiri. Ia mengernyitkan dahinya, "hah? Coba jelaskan"

"ah, aku tak akan meminta sesuatu yang macam-macam kok! Maksudku adalah, mengenai Ryomen..," Dewi sedikit menurunkan intonasi di akhir kalimat

Hiroaki sedikit tertegun mendengar nama anak yang pernah berantem dengannya disebut. Bulu kuduknya bahkan tak segan-segan untuk berdiri.

"apa yang dia lakukan padamu?," tanya Hiroaki akhirnya

Dewi membuang nafasnya. Ia agaknya melirik bagian outdoor cafe itu. Tak banyak yang memilih duduk di luar dikarenakan dengan suhunya yang rendah.

"saat aku menggebrak meja pagi tadi, sepertinya aku terkena ilusi," Dewi meraup wajahnya, frustasi

Hiroaki mengangguk. Ia menyambar minumannya yang tinggal setengah sembari mendengarkan Dewi seksama.

"ku tebak aku terkena ilusi saat aku memainkan ponselku di kelas. Padahal saat itu ramai, tapi entah mengapa saat Ryomen nimbrung denganku hanya tinggal kita berdua di kelas," Dewi sedikit mengernyit mengingat kejadian itu

Hiroaki kembali mengangguk. Ia meletakkan sang gelas dengan hati-hati tak lupa berucap, "jadi intinya kau ingin aku selalu bersamamu juga menerawang Ryomen, kan?"

Dewi berdehem, merasa tak heran bagaimana bisa Hiroaki masuk 5 besar di kelas.

"eh, kau percaya pada ucapanku?," Dewi yang tersadar lantas bertanya

Hiroaki mengedikkan bahu, "yah, karena itu berhubungan dengan permintaan mu tentu saja"

Dewi menarik seulas senyum. Matanya bahkan ikut menyipit, pertanda bahwa tulus. Hiroaki yang mendapatinya hanya memalingkan pandangan diikuti pipi yang bersemu.

"arigatou! Baiklah, terimakasih atas waktunya. Ja-," Dewi hendak berpamit namun terpotong



"sudah, begini saja?," Hiroaki menegakkan posturnya seraya menatap lurus iris Dewi

Dewi sedikit tertegun.


'jadi aku mengganggu waktunya ya? Dih, Dewi aho,' inner berdecak sesal Dewi


"ah, maaf. A-aku membuang-buang waktumu ya?," murung Dewi

Hiroaki menghela nafasnya, "ya, maka dari itu ayo"

"eh, k-kemana?! A-aku bayar dulu!," Dewi memekik tertahan mendapati Hiroaki yang menarik tangannya

Mendengar seruannya, Hiroaki lantas melepaskan genggamannya. Ia kembali duduk di kursinya atas arahan si gadis. Beberapa waktu berlalu hingga orang yang ditunggu kembali. Hiroaki kembali menggenggam- ralat, dirinya menggandeng erat tangan Dewi bak kekasih.

Dewi sontak bersemu. Tak pernah sekalipun dalam hidupnya digandeng oleh lawan jenis kecuali sang ayah, adik, serta gurunya saat kecil.

"k-kita mau kemana sih? Kan aku janjinya nraktir makan!," seru Dewi sedikit kesal

Hiroaki berhenti. Ia lantas beralih pada Dewi disusul membungkuk guna menyamakan postur. Dapat Dewi rasakan senyum merekah dari sang pemuda walau sedikit tertutup syal.

my story on bnha [ONGOING]Where stories live. Discover now