15

686 115 45
                                    

"SEKARANG, READY?! STARRTTT!!!!"


__________




DEWI'S POV END





Bagai berderingnya bel istirahat, Bakugou melesat hendak menerjang Dewi bak menerjang ibu kantin yang sedang kipasan.




Dewi tentunya tak tinggal diam. Dirinya menghindar ke arah lain yang berjarak lumayan jauh dari Bakugou.





"UWOOOO, DIA MENGHINDARI NYA!!!"





Digenggamnya sang tombak dengan erat, 'tch. Ga ada celah'








"oi, mana kehebatan yang kau keluarkan saat bersama si Hanbun-Yaro?! Jangan bilang tadi hanya keberuntungan mu saja!!," seru Bakugou sedikit kesal






Dewi menghela nafas, merasa beruntung masih tersisa sepatu serta tombaknya saat ini. Ditatapnya lawan di depan, Bakugou Katsuki. Nama yang bisa dibilang menyandang gelar terkuat seangkatan, untuk saat ini..




Tentunya pilihan bodoh jika memilih berhadapan dengan Bakugou. Apalagi jika kau adalah seorang quirkless. Tapi sekali lagi, tentunya itu semua dapat teratasi dengan kepintaran, strategi, alat yang melebihi ekspektasi atau kepunyaan Bakugou.





Oh, jangan lupakan Cheat. Senjata andalan yang diperlukan serta dicintai hampir seluruh umat manusia.




Dewi tentunya tak menyangkal. Dirinya sangat sangat sangat sangat mencintai cheat. Jika ditanya alasannya, ia akan menjawab untuk membantu bertahan hidup di dunia ber-quirk ini. Sekali lagi, untuk saat ini dan kedepannya.






Yah, bersyukurlah, Dewi. Kau masih diberikan kesempatan untuk Marathon sebelum akhirnya tersedot masuk ke sini.





Tapi sayang seribu sayang. Kau tak bisa membawa barang dari duniamu untuk ke sini. Saat awal pastinya kau merasa sangat frustasi mengetahui bahwasanya kau merupakan salah satu dari quirkless.










Ok, mari kita berflashback sebentar.








"..maaf, pak, buk. Anak anda adalah seorang quirkless," sesal seorang pria dibalut jas putih, sebutlah om dokter





Mendengar pernyataan tersebut, tangis sang ibu pecah memenuhi satu ruangan. Sang ayah pun bersikap cepat dengan merangkul erat sang istri.






Orang yang melihat pemandangan itu tentunya iba. Apalagi jika melihat si kecil Dewi yang diam dengan senyum polosnya.






'waduh anj*m, jadi quirkless ya. As*..,' inner kesal Dewi namun tertutupi dengan senyum polosnya





Om dokter tak mampu membendung air matanya. Beliau menghirup oxygen dalam-dalam, lalu membuangnya. Dengan tegarnya kembali menjelaskan.






Selepas dari rumah sakit, Dewi yang masih menggandeng tangan sang ibu dan ayah berseru, "mama, papa, memangnya kalo quirkless kenapa sih. Udah dong, jangan sedih terus! Nanti Dewi ikut sedih.."






Sang ibu melirik ke arah putri sulungnya. Dibelainya rambut gadis ciliknya sayang, "Dewi.. kamu masuk dulu ya"






Dewi mengangguk menurut. Sembari mencekik leher boneka jerapahnya, ia melesat masuk ke dalam rumah dengan kaki mungilnya.






my story on bnha [ONGOING]Where stories live. Discover now