Bab 14 ♛ Work Hard

Start from the beginning
                                    

"Kalo disebelah, kita pesen, gak ada dua menit makanan udah ada di meja," cecar Lintang.

Kesya yang kebetulan habis membawa pesanan seblak, kemudian ganti membawakan nasi goreng untuk meja nomor 5 menjadi emosi setelah tahu siapa yang memesan, apalagi mereka mengucapkan kata yang sangat tidak beretika.

"Tiga nasi goreng seafood pedas, saya sarankan agar kalian memesan minum kembali. Supaya mulut kalian yang panasnya seperti api Neraka dapat diatasi dengan salah satu minuman dingin yang kami punya," terang Kesya, ia tersenyum elegan sembari memasang wajah ramah. "Dan apabila kalian keberatan dengan lambatnya pelayanan kami, mohon maaf, berarti kalian salah dalam hal memilih kafe."

"What the f...."

"For that information, I thank you," sela Kesya memotong ucapan Yena.

"Selamat menikmati, kami permisi." Elno segera membawa Kesya ke bagian kasir. "Lo bantuin Bang Adit dulu di sini."

"Nanti jangan pulang dulu, ada yang perlu gue bicarain sama kalian," tutur Adit. "Sini, Kes. Gue ajarin caranya gunain mesin kasir."

Elno yang mendengar itu mendorong Kesya supaya mendekati Adit.

Malam semakin larut, tetapi masih ada banyak pelanggan yang belum mau beranjak dari kafe. Hal itu membuat Adit mengentongi mereka, dia tidak mau kafenya kena grebek polisi akibat belum juga tutup.

"Jadi, gue liat sama dengerin obrolan kalian berdua dengan tiga pembeli tadi. Sama, gue juga kesel kafe gue dibandingin sama tempat lain, gue salut sama kalian karena udah tegas tapi tetap professional demi harga diri kafe Pelangi."

Elno dan Kesya mengangguk.

"Tapi, gue minta kalian kalo bisa hindarin kejadian kayak tadi, contohnya langsung pergi setelah nganter pesanan," lanjut Adit.

"Kalo dia bicara yang parah, gimana Bang?" tanya Kesya tidak terima.

Adit yang tengah menghitung uang, menoleh ke Kesya. "Gue bolehin kalian cerca balik orang Itu, cuman, nadanya kecilin. Takutnya ada yang rekam dan bikin salah paham," pesannya kepada muda-mudi itu. "Nih, gaji harian pertama lo."

Elno menyenggol lengan Kesya, gadis itu bengong menatap uang yang diberikan Adit.

"Udah, ya, kalian bisa pulang. Kafenya mau gue kunci." Mereka akhirnya pulang menggunakan sepeda seperti tadi.

"Kok, gue udah digaji, El?" tanya Kesya diperjalanan.

Gajinya hari ini Enam puluh ribu selama Lima jam tiga puluh menit.

"Namanya gaji harian, maksudnya gaji itu khusus karyawan baru dalam masa training sebulan kayak lo." Jelas Elno, tatapan matanya fokus ke jalanan.

"Kenapa gak dikasih akhir bulan?"

"Tujuannya, kalo lo nggak betah kerja tapi belum ada sebulan. Lo bisa langsung keluar tanpa tuntut gaji. Khusus training aja, kalo udah jadi karyawan tetap, gaji lo bakalan naik dan dikasihnya pas mau akhir bulan."

Sesampainya mereka di rumah, mereka begantian menggunakan kamar mandi. Sekarang Kesya sudah mandi dan berganti baju, anak itu kini tengah tengkurap di kasur seraya memandangi gaji pertama hasil kerja kerasnya sendiri. Tidak terasa air matanya menetes menatap uang itu.

"Cari duit ternyata susah, huhuhu hiks." Memandang sekali lagi uangnya, kemudian menangis lagi.

Disuruh ini itu, berjalan ke sana ke mari, kadang-kadang pesanan yang dia bawa sangat berat. Belum lagi ketika ia mendapat komplain dari juru masak karena keleletannya mengantar pesanan pelanggan.

"Hiks, capek...." rengeknya sambil memijit tangannya sendiri.

Tidak lupa sebelum tidur memotret uang itu untuk dikirim ke orang tuanya. Bahwa dia juga bisa bekerja keras.

•♛•

Pagi menjelang siang, tiba-tiba namanya diserukan oleh seseorang lewat pengeras suara agar dia datang ke ruang BK.

Dan kini Elno membaca kembali surat yang diberikan Guru BK, berisikan acara Olimpiade Matematika SMA. Nantinya, jika surat tersebut ditanda tangani oleh ibu Elno, maka pihak sekolah akan mengajukan Elno sebagai peserta Olimpiade.

"Mengapa harus saya, Bu? Kan saya sudah kelas Dua belas," terang Elno.

Soalnya bagi anak kelas Dua belas, sebisa mungkin fokus saja dalam belajar untuk ujian mendatang.

"Akan ada tiga perwakilan, kamu kelas IPS I, anak kelas IPA, dan kelas IPS II yang akan mengikuti Olimpiade. Ibu yakin kamu bisa Elno, alasan lainnya adalah hadiah jika kamu mendapat juara Pertama, Kedua, atau Ketiga." Guru BK itu lalu membuka ponselnya, membaca kembali brosur di percakapan Guru-guru SMA Mahkota. "Akan mendapat beasiswa di Universitas Mahkota selama beberapa semester tergantung kamu juara berapa, misalnya satu, kamu akan dapat beasiswa selama Dua semester."

"Tapi...."

"Hadiah lainnya, tentu saja piala dan sertivikat, habis itu uang. Meskipun Ibu tahu, tanpa mengikuti Olimpiade ini kamu juga bisa dapat beasiswa di Univ kita nantinya kalau kamu kuliah, demi berjaga-jaga kamu ikut saja dulu."

"Kalau saya kalah?"

"Kalau kamu kalah, sertivikat itu juga berguna, loh. Buat dapetin beasiswa di Universitas lain nantinya."

"Baik, saya minta izin dulu sama orang tua."



Terima kasih udah baca🕊️💌
Sampai jumpa di part selanjutnya, luv u 💕

Beauty and The PoorWhere stories live. Discover now