Bab 07 ♛ The Other Side Of You

49 8 0
                                    

Kalau ada yang berbicara jelek tentangmu, itu berarti dia tidak pernah ingin mengenalmu — Namecodes.


“Kamu lipat, habis itu deketin lipatannya ke api lilin. Nanti plastiknya ketutup sendiri,” jelas Sarah.

“Aw!” Kesya mengaduh, telunjuknya tidak sengaja terkena api lilin.

Elno yang melihat kejadian itu sontak mendecih, “udah El bilangin, Bu. Anak manja kek lo mana mungkin bisa,” komennya.

Muka Kesya yang tadinya antusias berubah sendu, niatnya ingin membantu, tetapi sepertinya malah menambah pekerjaan mereka. Tiba-tiba dirinya tersentak, ketika tangannya digenggam seseorang.

“Namanya juga belajar, hasilnya masih belum bagus itu wajar, gak papa, kok. Ayo kita lanjut lagi,” tutur lembut Sarah.

•♛•

Menjadi pedagang itu ribet, apalagi kalau harus membawa beban tambahan yang kerjaannya sering mengeluh. Tapi aman, 'bebannya' katanya tidak mau digaji.

“Panas, kamu gak kepanasan apa, El?”

“Kamu gak laper?”

“Apa kita gak bisa duduk sebentar?”

Kesya selalu membuatnya gemas sendiri, ada saja tingkah gadis itu ketika menemaninya jualan di Minggu pagi. Namun, dia sedikit salut dengan kegigihan Kesya saat menawarkan jualannya ke orang-orang yang lewat. Dagangan yang tadinya banyak kini tinggal sedikit.

“Beli, dibeli. Kacangnya baru digoreng pagi tadi, loh…dijamin kerenyahannya!” seru Kesya.

Senyum tipis terbit pada bibir Elno, gadis itu tapmpak luwes melayani pembeli dari mengemas hingga memberikan kembalian. Jiwa bisnis orang tuanya pasti menurun, tapi tidak dalam hal memproduksi. Elno tidak segan memberikan penilaian 0 untuk itu.

“Lo! Lo bener Kesya?” teriak tertahan seorang gadis, ternyata mantan sahabat Kesya. “Ya ampun, Kes. Lo kenapa jadi kusem begini? Iuh,” tutur Yena sambil menjauhi Elno dan Kesya.

Kesya ingin muntah mendengar perkataan mereka, mau dirinya kusem sampek dekil juga apa masalahnya sama mereka?

“Kami tau Bonyok lo gak jatuh miskin sampek lo harus jualan sama dia,” terang Lintang diangguki Yena dan Senjana. “Sekarang lo pulang,” ujar Lintang menarik tangan Kesya.

“Gak, kalian apa-apaan, sih?! Gue jualan juga gak ada urusannya sama kalian.” Kesya memberontak.

Senjana menatap Elno sengit. “Pasti lo yang nyuruh sahabat gue buat ikutan miskin kek lo, ‘kan?”

“APAAN, SIH, NJA!” tanya Kesya tak terima gebetannya dihina begitu. “ASAL KALIAN TAU, GUE DIUSIR DARU RUMAH GARA-GARA KALIAN, TAU, GAK?” lanjutnya mengejutkan mereka. Elno belum berani menyela, masih menunggu drama baru gadis itu.

“Maksud lo?” tanya Lintang, perlahan melepaskan cekalannya di tangan Kesya.

“Karena gue suka ngehamburin uang buat kalian, Bokap jadi marah besar, dia nyuruh bodyguard buat tendang gue dari rumah.”

Mikir sedih, pikiran sedih, hm…anak ayam warna-warni mati. Pikir Kesya supaya matanya berkaca-kaca. “Kalo gue nyuruh kalian balikin duit gue dari awal kita sahabatan mau?” tanyanya menantang.

Cih, dilihat dari ekspresi kecut mereka, pasti gak akan mau. Komentar Elno.

Senjana menelan ludah kasar, “lo kalo belom mau pulang gak apa-apa, nomor kita masih sama, lo bisa hubungin kita kapan aja. Kita gak mau putus persahabatan sama lo, kita pergi dulu.”

Beauty and The PoorWhere stories live. Discover now