Bab 09 ♛ Start

46 10 2
                                    

Gue harap
Kalo gue sedih, lo gak akan melihatnya — Elno Sarega.

Humph, Kesya menggembungkan pipinya setelah menata barang bawaanya dari rumah di kamar kosong kontrakan Elno, ruangan ini bahkan tidak ada separuh dari kamarnya, tidak ada AC dan kamar mandi pribadi. Tapi tidak apa-apa, dia cuman numpang, segini saja dia sudah mulai bersyukur mulai dengan hal kecil.

“Nak Kesya, sudah selesai?” tanya Sarah dari luar kamar.

Kesya buru-buru keluar dan ikut duduk di ruang tamu, “udah. Em, Elno, belom pulang?” padahal, ‘kan, sudah jam pulang sekolah.

“Ah, tadi pagi dia izin sama Ibu, kalau sehabis pulang sekolah dia langsung ke kafe karena dagangan libur dulu. jadi nanti dia bisa pulang gak terlalu malam,” jelas Sarah diangguki Kesya.

“Oh, ya, Bu. Selama satu bulan di sini, tolong kasih aku kerjaan, dong….”

Mata Sarah membulat, “kerjaan?”

Kesya mengangguk semangat. “Gak digaji juga gak apa-apa.”

Diluar sana ada banyak orang yang mencari pegawai tanpa digaji, pikir Sarah. Dia heran mengapa ada anak muda seperti Kesya yang sedikit polos?

Sarah menggeleng. “Untuk saat ini kerjaan Ibu, ya, cuman bikin kue sama terima pesenan.”

“Nah, sekarang Ibu ada pesenan, gak?”

Semoga ada, semoga ada, dia tidak sabar bekerja.

“Ibu libur dulu gak nerima pesenan,” ujar Sarah sembari tersenyum tipis melihat kekecewaan gadis itu.

“Yah, kenapa?”

“Setiap hari kalau kami buat dagangan atau ada pesenan, Elno pasti bantuin Ibu. Dia bangun sebelum jam empat buat bantu, padahal dia harus sekolah, pulang sekolah jualan, habis itu malamnya dia kerja di kafe. Alesan Ibu libur, ya, supaya Elno enggak terlalu capek.”

“Apa aku ikutan Elno kerja di kafe aja, ya, Bu?” S

arah tersenyum. “Terserah kamu, tapi sebenernya kamu itu cukup bantu ibu di rumah aja.”

“Gak bisa, gak bisa. Aku juga mau bantuin Ibu sama Elno bayar kontrakan, ‘kan, sekarang aku tinggal di sini juga,” tolak Kesya.

Ibu Elno mengelus puncak kepala Kesya. “Kontrakan kita sudah lunas, artinya sekarang tempat ini jadi rumah kita.”

“Eh, kok, bisa?”

Mengenai itu….

Sarah menghela napas panjang setelah membersihkan seluruh bagian kontrakannya, hari ini dia tidak meneriman pesanan kue-kue karena ingin istirahat sejenak.

“Ekhm, permisi, atas nama Ibu Sarah?”

Seorang pria dengan tinggi badan melebihinya berdiri di teras kontrakan.

“Iya, benar. Anda siapa? Ada urusan apa dengan saya?” tanya Sarah waspada.

“Perkenalkan, saya Han. Asisten tuan Barata, ayah dari Kesya, gadis yang kemarin menginap di kontrakan Anda,” terang Han.

Sarah mengangguk. “Apa Kesya sudah berada di rumahnya?”

Han mengangguk. “Iya, ngomong-ngomong tujuan saya ke sini ingin mendiskusikan sesuatu.”

“Ya?”

“Nona Kesya rencananya ingin tinggal selama satu bulan di sini, setelah saya mencari informasi tentang Anda, kabarnya Anda masih mengontrak dan belum lunas bulan ini?” selidik Han memastikan.

Beauty and The PoorOù les histoires vivent. Découvrez maintenant