Bab 10 ♛ Revan

48 10 6
                                    

Gak semua perasaan tertarik jatuhnya kepada cinta. Tapi emang dasar manusia yang gak peka, baru juga ketemu, eh, pengen langsung ngekleim aja. – Reyn.


Kesya yang berbuat, maka ia akan terkena imbasnya. Berangkat menjelang siang, sama sekali bukan gaya seorang Elno Sarega.

Akibat menunggu gadis itu melakukan aktivitas pagi dengan lambat, mereka terlambat datang ke sekolah. Pada akhirnya mereka dihukum membuang sampah milik seluruh kelas 12 yang berada di depan kelas.

Kabar buruknya adalah, dia jadi bahan perhatian juga pembicaraan di kalangan murid SMA Mahkota. Sebenarnya, datangnya Kesya bersamanya dengan penampilan sederhana sudah menggemparkan. Dikarenakan tas yang Kesya pakai adalah tas miliknya dahulu.

“Kesya ada di rumah lo?”

Ingat pembully yang dulu merundung Puput? Laki-laki itu tengah menghadangnya ketika akan mencuci tangan ke westafel toilet.

“Urusannya sama lo, apa?” tanya Elno.

“Bangsat juga, ya, lo,” dengkus Revan. “Tinggal jawab iya atau gak.”

“Hm.” Elno berjalan keluar sambil menyenggol pundak Revan, kenapa? Karena cowok itu sangat menghalangi jalan.

“Anjing!” umpat Revan tak terima dicueki seperti itu.

•♛•

“Untungnya diposisi sekarang, tuh. Gue gak susah-susah bedain mana yang muka dua, mana yang enggak. Dengan gue bikin rumor kalo gue diusir, mereka dengan sendirinuya kek gak kenal gue, iyuh….” terang Kesya dengan suara berbisik ke Mentari. “Oh, ya, keadaan kakak lo gimana? Maaf gue belom bisa jenguk.”

“Udah baikan, kok, tinggal pemulihan kakinya yang abis dioperasi aja,” balas Mentari.

“Tadi gue liat Revan mojokin Elno di toilet.”

“Mau bully orang lagi dia?” “Iya kayaknya, soalnya, ‘kan. Desas-desus Kesya tinggal di rumah Elno pasti udah Revan denger dan dia gak terima.”

Kesya memberikan senyum tipis kepada Mentari saat mereka mendengar obrolan teman kelas mereka. Nanti, ia akan menemui Elno dan melihat keadaannya.

“Emang lo ada hubungan serius sama Revan?” tanya Mentari.

Kesya mengangguk, “dulu kita temenan deket pas TK, SD, SMP, kita pisah. Dia ikut orang tuanya ke luar kota, akhirnya kita sama sekali gak berhubungan lagi. Gak tau kenapa pas kita ketemu di SMA dia berubah nakal, padahal pas kecil baiknya minta ampun.”

“Biasanya mereka yang nakal pas gede, punya masalah serius di keluarganya.”

Kesya menopang dagu. “Papa mama Revan setau gue harmonis, kalo mereka ada masalah, pasti Bonyok gue tau, karena mereka sahabatan.”

“Kalo gitu masalah pergaulan Revan yang salah, kadang anak cowok kalo baik suka diejek culun trus gak punya banyak temen, pada akhirnya dia ikut nakal biar ada temen,” tambah Mentari.

“Masuk akal, sih,” balas Kesya seraya mengangguk.

Bel istirahat berbunyi, seketika mereka langsung riang gembira karena suntuk jam pelajaran hanya diberi tugas karena guru mata pelajaran tersebut sibuk dan mereka tidak boleh keluar kelas. “Lo mau ikut gue?” tanya Kesya.

“Kemana?”

“Nyari Elno.”

“Gak deh, gue mau cari meja di kantin, nanti lo nyusul, ya.” Pinta Mentari.

“He'em.” Kesya buru-buru keluar kelas, ia sedikit berlari agar sampai di kelas IPS 1. Namun sesampainya di sana, dia tidak menemukan Elno.

“Reyn,” panggilnya.

Beauty and The PoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang