dua puluh tiga

38 5 0
                                    

Rei tidak tahu mana yang lebih membuatnya terkesan; fakta bahwa Haruto tiba-tiba baik kepadanya atau spotify laki-laki itu yang tidak premium.

Setiap setengah jam sekali, Rei harus mendengar iklan promosi dan tidak heran kalau Haruto menyuruhnya mengobrol dengan iklan tersebut.

Roti dan selai,

Bunga dan kumbang,

Romeo dan Juliet.

Beberapa hal dalam hidup, memang ditakdirkan untuk selalu bersama.

Sama halnya dengan dengerin lagu secara offline tanpa iklan dan tanpa batas di spotify premium, hanya dengan 54990 perbulan.

"Im bored." Gumam Rei sebelum melongok ke belakang mencari bungkus kertas makanan yang beberapa saat lalu mereka pesan lewat drive through. "And also hungry."

"Lo nggak lapar?" Tanya Rei yang sudah mengambil satu burger ayam dan membuka bungkusnya sebelum menyodorkannya kepada Haruto tanpa diminta. "Here."

"Gue bisa makan sendiri."

"Rest area masih jauh, dan lo nggak boleh kehilangan fokus." Jawab Rei sambil memutar kedua bola matanya. Ia hampir menarik burger itu andai Haruto tidak maju dan menggigitnya lebih dulu. "Fine."

"Is it good?" Tanya Rei yang kemudian ikut menggigitnya juga sebelum mencari saos di dalam bungkusan dan menambahkannya di pinggiran atas burger. "Its good." Komentar Haruto singkat.

"Lagi?" Tawar Rei kembali menyodorkan burger ke depan mulut Haruto. Harusnya berjalan lancar saja kalau Haruto melihat kubangan kecil di depan jalan. Kini burger itu menabrak hidung Haruto dan meninggalkan jejak kumis saos di filtrumnya sebelum jatuh ke pangkuan lelaki itu dan mengotori celananya.

Rei membelalak terkejut sementara Haruto bergeming karena syok. Rei sudah siap menerima amukan Haruto karena lelaki itu mudah marah akan sesuatu, jadi dengan cepat ia mengambil tisu dan membersihkan saos di sekitar bibir Haruto dan memungut burger yang jatuh itu untuk diletakan di bungkusan kosong berisi sampah. "Sorry. I didnt expect—oh God, celana lo."

Rei mengambil beberapa lembar tisu lagi dan bersiap membersihkan noda saos dan mayonaise di celana Haruto kalau saja tangan lelaki itu tidak menahan pergelangan tangannya dengan cepat.

"I cant lose my focus, you said it before."

"But youre trousers—"

"Its fine." Potong Haruto dengan cepat dan melanjutkan lagi. "Lagian gue yang salah, gue nggak memperhatikan kubangan di depan."

"Apa lo baru aja ngalah?" Celetuk Rei dengan pelan namun tetap bisa didengar Haruto. "Lo kaget melihat sisi gue yang ini?"

"Hm. Apa sisi ini cuma bisa dilihat kalo lo lagi merasa bersalah?" Sahut Rei dengan bingung. "Kalau iya, lebih baik kembali ke mode normal. Lo bikin gue takut."

Haruto meliriknya dan menyeringai. "Jadi lo lebih suka bertengkar seperti orang konyol sama gue?"

Rei nggak menjawab karena ia memilih menyibukan diri untuk mengambil minum di belakang, dan setiap kali ia melakukan itu, Haruto bisa mencium aroma tubuhnya dengan sangat jelas—aroma permen kapas yang manis.

"Lo mencari apa sih?"

"Minum. Tapi gue susah buat mengambilnya karena terlalu jauh." Jawab Rei yang kini dengan susah payah memajukan badan dan menjulurkan tangannya tanpa sadar kalau hal yang ia lakukan sangat mengganggu konsentrasi Haruto. "You need to calm down, B." Geramnya saat sesuatu yang kenyal itu kini menekan bagian atas lengan kanannya.

B; rei • haruto (fanfiction)Where stories live. Discover now